
Konstruksi Media — Di tengah meningkatnya ancaman bencana alam seperti gempa megathrust dan pergerakan tanah yang kian sering terjadi di berbagai wilayah Indonesia, isu ketahanan bangunan menjadi perhatian utama.
Pasalnya, banyak infrastruktur eksisting, khususnya bangunan-bangunan lama, dinilai belum memiliki kapasitas yang memadai untuk menghadapi guncangan besar. Oleh karena itu, penerapan teknologi retrofitting atau penguatan kembali struktur bangunan menjadi solusi penting untuk memperpanjang usia dan meningkatkan keselamatan bangunan.
Salah satu pendekatan yang semakin banyak diterapkan adalah penggunaan teknologi anti-gempa berupa Lead Rubber Bearing (LRB), yaitu bantalan karet berinti timbal yang mampu meredam energi gempa dan mengurangi gaya getaran yang diteruskan ke struktur bangunan.
Teknologi ini telah terbukti efektif secara global dan kini mulai diadopsi secara luas dalam proyek-proyek retrofit gedung bertingkat, jembatan, hingga rumah sakit. LRB bekerja dengan prinsip isolasi seismik, memungkinkan bangunan “bergerak” mengikuti guncangan tanpa mengalami kerusakan struktural besar.
Lebih menggembirakan lagi, kebutuhan akan LRB kini dapat dipenuhi dari dalam negeri. Beberapa produsen lokal sudah mampu memproduksi LRB dengan kualitas yang memenuhi standar internasional, sehingga selain menekan biaya impor, juga mendorong kemandirian teknologi konstruksi nasional. Langkah ini tidak hanya strategis secara teknis dan ekonomi, tapi juga menjadi bagian dari upaya besar menjadikan Indonesia lebih siap menghadapi bencana di masa depan.
Menurut Ketua Umum Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) Prof. Iswandi Imron upaya penguatan struktur bangunan lama kian menjadi sorotan, terutama di wilayah rawan gempa dan perkotaan padat.
Salah satu pendekatan yang kini banyak diterapkan adalah konsep retrofitting atau peningkatan kekuatan bangunan eksisting tanpa merobohkannya.

Retrofitting menjadi langkah strategis dalam menjaga keselamatan struktur sekaligus mempertahankan fungsi bangunan yang masih aktif digunakan,” ungkap Prof. Iswandi disela-sela kegiatan Seminar Teknik Nasional “Retrofit Bangunan untuk Indonesia Tangguh: Pandangan Kerekayasaan dan Kebijakan” yang diselenggarakan oleh Badan Kejujuran Sipil Persatuan Insinyur Indonesia (BK Sipil PII), (28/06/2025).
Dia menambahkan bahwa bangunan lama seringkali tidak didesain untuk beban gempa sesuai standar saat ini, sehingga perlu dilakukan penguatan tanpa harus mengganti seluruh struktur.
Teknologi dan penggunaan LRB terus berkembang dengan hingga Fiber Reinforced Polymer (FRP). FRP sendiri merupakan material komposit ini dikenal ringan, fleksibel, namun sangat kuat untuk menahan beban tarik dan geser pada elemen struktural.
“FRP menjadi solusi yang efisien dalam retrofit karena pemasangannya relatif cepat, tidak menambah beban pada bangunan, dan cocok untuk struktur yang tetap harus beroperasi seperti rumah sakit atau sekolah,” kata Prof. Iswandi.
Dia mengatakan, dengan penggunaan FRP, elemen beton seperti kolom dan balok dapat diperkuat tanpa perlu pembongkaran besar.
Lebih lanjut, Prof. Iswandi mengemukakan bahwa konsep retrofit dengan FRP tidak hanya meningkatkan ketahanan terhadap gempa, tetapi juga memperpanjang umur bangunan dan menghemat biaya dibandingkan pembangunan baru. Di banyak negara maju, pendekatan ini telah menjadi standar dalam pemeliharaan bangunan publik.
“Kita harus mulai mengubah paradigma bahwa penguatan struktur bukan sekadar proyek teknis, tapi bagian dari investasi keselamatan dan keberlanjutan infrastruktur,” ucap Prof. Iswandi.

Konsep Desain Retrofit dengan FRP
Bahan FRP merupakan bahan yang saat ini popular digunakan dalam pekerjaan rehabilitasi seismic bangunan eksisting.
Bahan FRP memiliki banyak kelebihan, diantaranya: mutu tinggi, ringan, fleksibel, mudah dikerjakan dan lain-lain
Rehablitasi seismik komponen bangunan dengan FRP mengikuti prinsip proteksi kapasitas (pada force controlled elements) atau peningkatan daktilitas (peda deformation controlled elements).
Pada desain kapasitas, mechanism inelastisitas yang dipilih terhadap gempa dijamin pemenuhannya dengan menyediakan dan mempertahankan hirarki kekuatan yang ideal.
Keuntungan Utama Retrofit dengan FRP
Prof. Iswandi menyebut, keuntungan utama dari retrofit menggunakan FRP terletak pada kemampuannya memperkuat struktur bangunan tanpa menambah beban signifikan, serta proses aplikasinya yang cepat dan minim gangguan terhadap operasional bangunan.
Dia menambahkan material FRP yang ringan namun sangat kuat ini memungkinkan penguatan elemen seperti kolom, balok, hingga pelat lantai dengan cara yang efisien, tahan korosi, dan cocok untuk area yang sulit dijangkau tanpa perlu pembongkaran besar.
“Pada level komponen, perkuatan FRP dapat digunakan secara efektif untuk memitigasi keruntuhan yang bersifat getas, spt keruntuhan geser pada join, balok atau kolom, keruntuhan lap splice (splitting),” katanya.
Selian itu, dia menuturkan bahwa, FRP juga dapat digunakan untuk merestraint tekuk pada tulangan lentur, sehingga meningkatkan kapasitas rotasi inelastic elemen.
Secara global, retrofit di level elemen dapat meningkatkan kapasitas displacement global dan disipasi energi, sehingga memperbaiki perilaku global struktur beton bertulang terhadap beban seismik.
“Perkuatan dengan FRP tidak mempengaruhi kekakuan dan massa struktur bangunan. Oleh karena itu, reevaluasi demand gempa setelah perkuatan biasanya tidak diperlukan,” jelasnya.
Diakhir presentasinya, Prof. Iswandi menyampaikan bahwa sangat diperlukan evaluasi seismik pada bangunan eksisting yang berada di wilayah dengan risiko gempa yang tinggi menjadi suatu keniscayaan.
“Kinerja bangunan eksisting terhadap gempa dapat ditingkatkan dengan retrofit. Berbagai pilihan teknologi retrofit sudah banyak berkembang saat ini,” imbuh dia.
“Retrofit bangunan pada dasarnya meningkatkan efektivitas penggunaan bahan alam (karena bertambahnya umur layan bangunan), sehingga hal ini mendukung ke pencapaian prinsip keberlanjutan,” tutupnya menandakan.