EQUIPMENTTeknologi

Implementasi Penggunaan Teknologi BIM dalam Proyek Konstruksi

Building Information Modeling (BIM) itu bukan hanya visualisasi 3D-nya saja sebelum masa konstruksi, melainkan mengintegrasikan semua komponen di project termasuk SDM dan lainnya.

Konstruksi Media – Penggunaan teknologi Building Information Modeling (BIM) dalam proyek-proyek konstruksi mampu meningkatkan efisiensi waktu dan biaya, serta minimalisasi error dan resiko konstuksi. Hal ini merupakan manfaat utama penerapan teknologi BIM.

Selain itu, kehadirannya juga mencerminkan revolusi industri dan digitalisasi dalam mendukung teknologi konstruksi 4.0.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria dalam sebuah webinar yang bertajuk “Strategi dan Metode Implementasi Teknologi BIM pada Proyek Konstruksi” yang digelar oleh ISTN (Institut Sains dan Teknologi Nasional) bekerja sama dengan berbagai pihak.

“Atas nama Pemprov DKI Jakarta, saya sangat senang dan mengapresiasi terselenggaranya webinar dengan tema yang masih jarang dibicarakan dan diterapkan yakni BIM alias Building Information Modeling. Tentunya dengan webinar ini kita bisa memperkenalkan teknologi BIM sekaligus mendorong penguasaan BIM lebih masif lagi, baik dari sisi pengguna maupun penyedia jasa konstruksi,” ungkap Riza dalam sambutannya, sebagaiaman ditulis, Rabu, (3/8/2022).

Ia menambahkan, industri konstruksi merupakan salah satu industri terbesar di dunia, kebutuhannya saat ini semakin meningkat seiring meningkatnya populasi penduduk dunia.

Indonesia, katanya, sektor konstruksi merupakan salah satu penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar yakni 10,48% pada kuartal IV tahun 2021. Selain itu, pembangunan infrastruktur juga akan memberikan pengaruh terhadap penciptaan lapangan pekerjaan yang nantinya diharapkan dapat mendorong peningkatan daya beli masyarakat.

Desain 3D penerapan Building Information Modeling. Dok. Theaecassociates.

“Implementasi BIM dengan kata lain sangatlah mendesak dan dibutuhkan, sehingga kinerja organisasi pengguna jasa konstruksi dan penyedia konstruksi terus meningkat. Dengan demikian, mampu menjawab berbagai tuntutan di masyarakat,” jelasnya.

Dia menggunakan, keberadaan BIM sebagaimana yang didiskusikan dalam Webinar ini niscaya akan mengubah proses konstruksi tradisional.

Insya Allah, dengan BIM yang bagus maka konflik dan kesalahpahaman antar stakeholder yang selama ini sering terjadi karena alur informasi yang kurang jelas dan tidak tercatat, tidak akan terjadi lagi,” paparnya.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria. Dok. Ist

Sementara itu, dalam paparannya Manager BIM EPC PT PP (Persero) Tbk, Arga Lazuardy mengatakan secara elemen yang perlu diperhatikan BIM itu tidak sekadar teknologi atau 3D model nya saja. Melainkan ada aspek lainnya terutama manusia (Sumber Daya Manusia/SDM), karena teknologi tanpa manusia tidak akan ada artinya.

“Ketika kita tidak mengembangkan SDM-nya atau tidak melakukan training itu akan sulit. 5 elemen itu adalah manusianya sendiri (SDM), lalu policy (kebijakannya) dari suatu instansi/perusahaan tersebut, prosesnya sendiri seperti apa yang ingin diimplementasikan, teknologinya juga demikian karena turunan dari teknologi ini akan berpengaruh kepada biaya (cost), serta informasinya,” ungkap Arga.

Baca Juga : Implementasi Teknologi BIM, Direktur HCM Waskita Kunjungi Proyek Tol Japeksel II

“BIM itu menjembatani adanya celah dari modeling dan detailing. Fungsi BIM ini kata kuncinya adalah information. Information inilah yang menjadi integrasinya antara creating yang pertama mentally, dan creating yang kedua physically (secara fisik),” sambungnya.

BIM ini mengintegrasikan informasi, menurutnya akan besar sekali risikonya jika tidak mengintegrasikan atau terputusnya informasi dari satu fase dengan fase lainnya. Seperti misalnya dari fase gagasan sampai fase serah terima, kalau sampai terputus informasinya maka akan fatal akibatnya.

Sementara, Ketua BKTI PII (Badan Kejuruan Teknik Industri-Persatuan Insinyur Indonesia), Faizal Safa M mengatakan,BIM salah satu peluang yang harus dikuasai dan dipahami secara detail. Di dalamnya ada perangkat lunak, smart city, broadband, e-commerce, virtual reality, dan lainnya.

“BIM pada intinya ingin membangun dan memberikan dampak kepada industri kita untuk infrastruktur yang tangguh. Kemudian menjadi industri konstruksi yang inklusif tidak hanya terbatas,” terangnya.

Dia mengatakan, kalau dulu 16 BUMN Karya memegang peranan terhadap sektor konstruksi, akan tetapi untuk saat ini bisa dikatakan ada BUMN Karya yang tertinggal oleh sektor private (swasta). Sehingga hal ini menjadi tantangan perusahaan pelat merah konstruksi untuk segera melakukan restrukturiasi proses secara besar, jika tidak akan ditinggal oleh pelanggan.

“Saat ini responnya seperti itu, bagaimana kita mengidentifikasikan fungsi-fungsi dari bisnisnya, bagaimana kajian kebijakan, krisis manajemen structure, dan lainnya. Ini insinyur-insinyur yang harus mikirin, tanpa insinyur tidak ada yang bisa memikirkan ini,” ungkap Faizal.

Menurutnya, bagaimana penghematan, efisiensi dan produktivitas dapat dilakukan karena kita tahu produktivitas, efektivitas dan efisiensi mau tidak mau yang dikejar adalah efisiensi. Bahkan hingga sampai batas rasio sudah habis minimal akhirnya dirubah proses kerjanya.

Lantas terdapat beberapa pertanyaan salah satunya yakni dengan menggunakan BIM kira-kira berapa persen kita bisa confidence level itu bisa meningkat untuk memastikan projectnya itu tidak budget overrun (kelebihan anggaran) atau schedule overrun (kelebihan jadwal). Berapa persen confidence level (tingkat kepercayaan) bisa meningkat berdasarkan pengalaman project yang ada selama ini?

Building Inofrmation Modeling desain 3D. Dok. Jl Architects

Menjawab hal tersebut, Arga Lazuardy mengatakan pihaknya belum pernah menemui kasus seperti ini. Meski demikian dirinya memperediksi bahwa nilainya bisa 10% dan ini masih prediksi.

“Kita belum pernah ada studi khusus (seperti itu), tapi sepengalaman kita beberapa dari kinerja yang implementasi BIM nya bagus atau lengkap, terkait dari kontraktor timnya, project management, dan lainnya. Kita memprediksi nilainya bisa 10%, tapi itu masih perkiraan, tapi kalau nilai khusus belum menganalisa,” urai dia menambahkan.

Kembali dia menjelaskan, kalau dalam BIM itu ada istilah benefit cost rasio. Kalau benefit itu tergantung apa yang didapatkan, tapi kalau cost rasio itu sangat variatif tergantung software sendiri.

“Software sendiri kan levelingnya macam-macam, ada memang dia cukup kompetitif, ada juga yang membutuhkan cost berlebih,” katanya.

Sementara, Asisten Manager BIM PT Jakpro, Khalil Gibran menambahkan jika dihitung dari best practice itu biasanya redaction budget itu tidak berubah sebesar 40% dan cost apabila kita menggunakan cara tradisional dengan BIM dapat di efektifkan 3% untuk saving yang dilakukan apabila flash direction 10% dan time efisien 7%. Itu secara best practice.

“Kami tidak menghitung implementasi ini dapat memaksimalkan cost 0%, tapi kami bisa kasih dari best practice-nya. Berapa dampak efisiensi, dampak efektivitas, dampak schedule, dari BIM terhadap project itu sendiri,” urainya.

Impact dari BIM terhadap aspek SMK3, sampai dengan Pascakonstruksi ?

Kembali, Khalil Gibran menjelaskan, fokus kepada nilai kolaborasinya, karena SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan sitem manajemen K3.

“Apabila orang-orang yang berkaitan dengan HSE itu menggunakan BIM itu dapat meningkatkan kolaborasi flow informasi dari HSE itu sendiri. terkadang ada temuan atau isu yang berkaitan dengan K3 dilapangan, itu secara realtime dapat tersampaikan kepada orang-orang konstruksi,” terangnya.

Desain 3D Building Information Modeling (BIM). Dok. ArchiCGI Drawing Services

Selanjutnya, mampu meningkatkan kesadaran dan efektif waktu apabila ada temuan dan terkait dengan K3, jikalau menggunakan BIM dengan fokus kepada nilai kolaborasinya.

Senada dengannya, Arga Lazuardy mengemukakan, kalau di kita ada best project kita yang di RDMP (Refinery Development Master Plan) Balikpapan, Kalimantan Timur. Salah satu fungsi BIM itu kan terkait dengan metode kerja, kalau keterkaitannya dengan K3 atau HSE, di metode kerja itu ada biasanya proses lifting equiptement dan sebagainya.

“Kalau dalam proyek peningkatan kilang RDMP di Balikpapan yang dilakukan oleh PT PP, sampai dengan posisi crane itu harus dimodelingkan. Misalkan kalau kita berbicara di pembangkit listrik itu ada yang namanya equipment generator atau turbin, dan itu dalam 3D-nya harus dijelaskan posisi litfting-nya dimana dan itu mungkin juga akan terkaitan dengan HSE,” paparnya.

Ia menambahkan, HSE itu sangat konsen keterkaitan dengan equipment erection, lifting dan lainnya.

“Kalau dari sekarang kita sudah dapat visualisasinya lebih lengkap, artinya kita bisa lebih mudah dalam melakukan mitigasi risiko termasuk risiko SMK3 nya sampai pacaoperasinya juga termasuk maintenance nya juga dapat dilihat dari sekarang potensial-potensialnya risk SMK3-nya,” tandasnya.

“BIM itu bukan hanya visualisasi 3D sebelum masa konstruksi, melainkan mengintegrasikan semua komponen di project SDM-nya dan lainnya,” tutupnya.

Baca Artikel Selanjutnya :

Artikel Terkait

Leave a Reply

Back to top button