Konstruksi Media — Ikatan Ahli Manajemen Konstruksi Ramping Indonesia (IAMKRI) terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat konsep Lean Construction di Tanah Air dengan menerapkan Takt Planning.
Dalam kegiatan Lean Construction in the Field Conference (LCFC) ke-6 yang akan berlangsung pada 7–10 Oktober 2025 di San Francisco, Amerika Serikat, salah satunya IAMKRI turut berpartisipasi dalam ajang Takt Summit yang berlangsung pada (09/10/2025), forum internasional yang membahas penerapan metode Takt Planning dalam industri konstruksi modern.
Ketua Umum IAMKRI Prof. Muhammad Abduh bersama Ketua Dewan Pengawas IAMKRI beserta jajaran pengurus IAMKRI mengikuti kegiatan tersebut secara langsung di San Fransisco, AS. Di mana kegiatan ini menghadirkan beragam pembicara dari berbagai negara, mulai dari akademisi, praktisi, hingga pemilik proyek besar di sektor konstruksi dan kesehatan.

Pada Takt Summit ini dilakukan 5 sesi presentasi dan diskusi dari berbagai sudut, mulai dari akademisi, yaitu Adam Frandson, kemudian praktisi dari Finlandia, Aleksi Heinonen, kemudian dari sisi pemilik dari Sutter, UCSF dan JLL, kemudian contoh penerapan Takt di proyek rumah sakit oleh Filipe dan Guillermo, serta penerapannya di konstruksi pre-fabrikasi dan industrialized construction oleh panelis dari kontraktor.
Peof. Abduh menyebut, satu hari yang sangat pada dan komprehensif membahas penerapan Takt ini dan juga bagaimana penerapannya pada masa yang akan datang.
Kelima sesi tersebut adalah:
Sesi #1: Current Trends and Innovation in Takt
Sesi #2: Best Practices of Applying Takt in Construction in Europe
Sesi #3: Owner’s Panel
Sesi #4: Case Studies of Using Takt in Healthcare and Hospital Projects
Sesi #5: Using Takt with Prefab and Industrialized Construction
Prof. Abduh mengatakan bahwa pada sesi pertama Adam, yang merupakan peneliti pertama dalam bidang Takt bersama Iris Tommelein, menyampaikan sejarah Takt muncul di komunitas Lean Construction, kemudian seperti apa perkembangannya saat ini, serta akan seperti apa Takt pada masa yang akan datang, misalnya bagaimana AI lebih akurat membaca Takt Planning daripada hasil penjadwalan yang lain.
Pada sesi kedua, Aleksi, yang sebelumnya adalah kontraktor perbaikan kabin kapal pesiar yang menerapkan Takt dengan efektif, menyampaikan pengalamannya menerapkan Takt di proyek Helsinki Airport.

“Banyak sekali insights yang disampaikannya termasuk penekanan porsi planning yang harus lebih banyak, dan juga bagaimana kendala penerapan Takt di konstruksi yang harus dikembangkan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan karena berkaitan dengan aspek human sciences, operation management, legal & commercial, pada tingkat taktis, operasional, dan strategis,” katanya kepada Konstruksi Media, Jumat, (24/10/2025).
Ia melanjutkan, sesi panel dari pemilik disampaikan oleh tiga panelis yang mewakili pemilik yang meng-endorse penggunaan Takt Planning dalam pembangunan proyeknya, yaitu Sutter, UCSF dan JLL.
Prof. Abduh menyebut, pemilik merasakan percepatan durasi proyek yang dilakukan kontraktor yang menerapkan Takt dan secara visual Takt itu mudah untuk mengerti.
“Yang lain adalah pentingnya manusia, pekerja konstruksi, tetap diperhatikan dalam pelaksanaan proyek, sehingga tidak over utilized sehingga tidak nyaman dalam bekerja. Pemilik akan meminta untuk penggunaan Takt pada proyek-proyek yang akan datang, apalagi kalau kegiatan lapangan dipindahkan ke off-site atau pre-fabrikasi,” imbuhnya.
Studi kasus yang dibahas oleh Filipe dan Guillermo terkait 2 proyek rumah sakit dan pusat kesehatan yang menggunakan Takt. Yang menarik adalah bagaimana Takt ini bisa membantu mempercepat jadwal pelaksanaan konstruksi 4 bulan, ini mengesankan tentunya.
Dalam penjelasannya tahap demi tahap bagaimana memperbaiki aliran atau flow, juga Filipe menyarankan untuk mempelajari buku Goldratt’s Rules of Flow karya Efrat Goldratt-Ashlag anak dari Eli Goldratt, yang terkenal dengan Theory of Constraints-nya.
“Sesi terakhir adalah tentang bagaimana DPR Construction menerapkan Takt untuk proyek yang menggunakan metode Pre-fabrikasi an Industrialized Construction. Meskipun ini disarankan oleh panel pemilik pada sesi sebelumnya, ternya memang harus benar strategi bagaimana penerapannya,” ujarnya.

Dalam hal ini berkaitan juga dengan desain pre-fabrikasi tersebut, sedetail atau seagregat apa yang akan dilakukan, atau level of detail. Pada proyek ini disepakati untuk diterapkan pada T3. Hal ini menunjukkan bahwa product design harus sangat sinkron dengan process design.
Hari terakhir kegiatan Takt Training dan Summit ini memang melelahkan, namun juga memberikan energi baru bagi para peserta, termasuk delegasi IAMKRI.
“Kata orang Sunda mah: cape hate. Tapi kita harus tetap semangat, karena inilah langkah awal menuju transformasi manajemen konstruksi Indonesia yang lebih efisien dan manusiawi,” pungkas Prof. Abduh.




