News

IAI Bersiap Pemilihan Bacalon Ketum Periode 2024-2027, Ini Pesan Boegar

Georgius Budi Yulianto (Boegar) Ketua Umum IAI 2021-2024 saat ini IAI tengah menyusun peta ajalan arsitek hingga tahun 2045 menuju Indonesia Emas.

Konstruksi Media – Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) pada 22-27 Oktober mendatang akan menggelar kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) pemilihan Ketua Umum IAI periode 2024-2027 di Manado, Provinsi Sulawesi Utara.

Berdasarkan surat pernyataan kesediaan yang telah diterima oleh Panitia Pemilihan (Panlih) Ketua Umum IAI tahun 2024-2027, terdapat sebanyak 142 peserta yang mendaftar sebagai Bakal Calon Ketua Umum IAI.

Untuk itu Panlih menetapkan e-vote beberapa tahap untuk menjaring peserta yang lolos tahap selanjutnya hingga menghasilkan tiga nama Bacalon Ketum IAI. Saat ini terdapat 3 Bacalon Ketua IAI 2024-2027, di antaranya :

  1. Ar. Georgius Budi Yulianto (Boegar), IAI, AA
  2. Ar. Ariko Andikabina, IAI
  3. Ar. Budiyanto Pradono, IAI

Ketua Umum IAI Georgius Budi Yulianto kembali mencalonkan diri sebagai Calon Ketua Umum IAI 2024-2027. Dia mengatakan saat ini sedang menyusun peta jalan (roadmap) IAI hingga tahun 2045. Akrab disapa Boegar, dia berpesan dalam penyusunan ini butuh keterlibatan semua pihak agar dapat berjalan dengan baik dan on track.

“Kami sedang menyusun petan jalan IAI sampai 2045, dan butuh kesepahaman bersama. Kebijakan dalam organisasi tetap harus dijalankan, dan kebijakan terkait program-program baru juga harus diselesaikan (meski sudah berganti kepemimpinan),” ucap Boegar saat ditemui Konstruksi Media dalam sebuah diskusi di IndoBuildTech 2024 beberapa waktu lalu, (12/08).

Tiga Bakal Calon Ketua Umum Arsitek (IAI) 2024-2027. Dok. IAI

Boegar, dia menjelaskan arsitek merupakan profesi yang memiliki registrasi, dan Indonesia sendiri mengalami keterlambatan dalam menetapkan registrasi terkait arsitek.

Baru pada tahun 2017, Indonesia memiliki undang-undang arsitek yang memberikan konsekuensi hukum. Seorang arsitek tidak hanya bertanggung jawab untuk merancang dan menggambar bangunan, tetapi juga harus memastikan keandalan, keamanan, keselamatan, dan kesehatan dari hasil karyanya.

Dikatakan olehnya, saat ini IAI memiliki anggota sekitar 26.000 orang, sebagian besar berdomisili di kota-kota besar, terutama di daerah Jawa yang mengalami pembangunan lebih banyak. Namun begitu, perkembangan tol di luar Jawa, seperti di Sumatera dan Sulawesi, membuka peluang bagi arsitek untuk berkontribusi di daerah-daerah tersebut.

Boegar mengatakan, sangat penting seorang arsitek memiliki Surat Tanda Registrasi Arsitek (STRA). Karena saat ini per Januari 2024 dari jumlah tersebut hanya sekitar 4400 orang arsitek yang baru memiliki STRA.

Satu tandangan saat ini yakni mendorong para arsitek untuk memperoleh STRA yang dikeluarkan oleh Dewan Arsitek Indonesia (DAI). Dengan begitu, registrasi dan izin arsitek di bawah DAI dan pemerintah provinsi bertujuan melindungi arsitek lokal, memastikan keberlanjutan profesi di wilayahnya, dan mendorong kerjasama antar-profesional.

Menurutnya ada empat faktor mengapa arsitek Indonesia belum sepenuhnya berperan dalam pembangunan di Indonesia. Pertama, pemerintah belum secara konsisten dalam implementasi regulasi, khususnya Undang-Undang No.6/2017 tentang Arsitek dan PP No. 15/2021, memengaruhi penggunaan STRA dalam pasar jasa konstruksi sektor pemerintah.

Kedua, implementasi Lisensi Arsitek belum secara konsisten pada proses persetujuan bangunan Gedung. Ketiga, lemahnya pengawasan terhadap arsitek asing, dan keempat, kesenjangan pengalaman dan kompetensi arsitek antar daerah di Indonesia.

Maka dari itu, petan jalan yang sedang disusun ini akan membuat arsitek semakin berperan dalam pembangunan nasional.

Baca Juga :

Artikel Terkait

Back to top button