
Konstruksi Media – Menyusul keluhan masyarakat terkait debu proyek yang ramai di media sosial pertengahan Juli 2025, PT Hutama Karya (Persero) bersama mitranya PT Tigamas Mitra Selaras (HK-Tigamas JO) memperkuat sistem pengendalian dampak lingkungan dalam proyek pembangunan Gedung Pelayanan Kanker Terpadu RSUP Dr. Kandou Manado.
Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim, menyatakan pihaknya langsung merespons laporan tersebut dengan verifikasi di lapangan serta peningkatan langkah mitigasi debu.
“Setelah menerima laporan dari media sosial, tim proyek segera melakukan investigasi dan memperkuat sistem pengendalian debu yang sudah diterapkan sejak awal,” ujar Adjib, Sabtu (26/7/2025).
Langkah mitigasi yang diperkuat meliputi peningkatan intensitas penyiraman jalan dari dua kali menjadi lima kali sehari, khususnya pada jam padat operasional rumah sakit pukul 11.00, 15.00, dan 21.00 WITA. Selain itu, seluruh kendaraan besar yang keluar dari proyek dibersihkan dan jaring pengaman (safety net) tambahan telah dipasang di area gedung.

Adjib menambahkan, hasil pengukuran kualitas udara ambien selama 24 jam yang dilakukan tim QHSSE menunjukkan seluruh parameter masih di bawah ambang batas baku mutu lingkungan. Namun, pemantauan akan terus dilakukan secara berkelanjutan.
“Penyebaran debu memang terdeteksi mencapai radius 100–200 meter, khususnya selama fase pembangunan struktur yang ditargetkan rampung pada November 2025,” jelasnya.
Meskipun memperkuat langkah pengendalian, progres proyek tetap berjalan sesuai rencana. Hingga pertengahan Juli 2025, progres konstruksi telah mencapai 18 persen, termasuk penyelesaian pengecoran Bunker Radiotherapy.
Baca juga: Hutama Karya Bangun Akses Baru Pelabuhan Kalibaru, Dorong Efisiensi Logistik dan Industri
“Kami optimis penyelesaian proyek pada Juni 2026 tetap tercapai. Pengendalian lingkungan sudah terintegrasi sejak awal dalam manajemen proyek,” tegas Adjib.
Dalam tiga hingga empat bulan ke depan, Hutama Karya akan fokus pada pekerjaan struktur—fase paling kritis dalam potensi polusi debu. Koordinasi intensif terus dilakukan bersama pihak RSUP Kandou sebagai pemilik proyek dan konsultan pengawas.
Untuk menjaga hubungan dengan masyarakat, perusahaan juga memasang spanduk edukatif mengenai pentingnya penggunaan masker di sekitar proyek guna meminimalkan risiko ISPA akibat paparan debu.

“Kami juga telah membuka jalur komunikasi bersama Humas RS Kandou agar masyarakat bisa menyampaikan keluhan secara langsung melalui kanal resmi,” imbuhnya.
Gedung Pelayanan Kanker Terpadu RSUP Dr. Kandou akan menjadi fasilitas kanker pertama di Kota Manado yang menyediakan layanan lengkap, mulai dari kanker anak, NICU, radioterapi, hemodialisa, hingga VCT dan layanan TB-DOTS. Gedung ini akan terdiri dari 12 lantai dan 1 semi-basement.
Selain dampak kesehatan, proyek ini juga memberikan manfaat sosial bagi masyarakat sekitar melalui penyerapan tenaga kerja lokal serta program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), termasuk penyaluran hewan kurban dan dukungan terhadap UMKM.
“Fasilitas ini akan memperkuat posisi RSUP Dr. Kandou sebagai rumah sakit rujukan kanker Tipe A di Sulawesi Utara. Kami berkomitmen menyelesaikan pembangunan tepat waktu dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan,” tutup Adjib. (***)