
Hutama Karya Bangun MRT Bawah Tanah Glodok–Kota: Desain Kontekstual, Integrasi Moda, dan Sensitivitas Heritage
Pembangunan Stasiun Glodok dan Stasiun Kota berikut terowongan bawah tanah sepanjang 1,459 km, berada di jantung kawasan bersejarah Jakarta.
Konstruksi Media – PT Hutama Karya (Persero) terus menggarap proyek Jakarta Mass Rapid Transit (MRT) Phase 2A Contract Package CP203, yang mencakup pembangunan Stasiun Glodok dan Stasiun Kota berikut terowongan bawah tanah sepanjang 1,459 km. Berada di jantung kawasan bersejarah Jakarta, proyek ini sejak awal dikembangkan dengan desain kontekstual, integrasi antarmoda, dan standar keselamatan tertinggi. Target penyelesaian ditetapkan pada pertengahan 2027 setelah penyesuaian akibat temuan cagar budaya.
Arsitektur dengan Identitas Lokal
EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim, menjelaskan bahwa arsitektur menjadi pembeda utama pada paket CP203.
- Stasiun Glodok mengusung tema Layers of History: Chinatown Heritage & Commercial Area, dengan eksterior monokrom sebagai penanda navigasi baru di tengah kawasan Pecinan. Interiornya menghadirkan aksen merah serta permainan layer yang menegaskan identitas budaya Glodok.
- Stasiun Kota mengusung tema Dwara Batavia: The Gate of Batavia, memadukan lengkung dan garis pada kolom, lantai, dan plafon sebagai dialog antara warisan kolonial Stasiun Beos dan mobilitas modern.

“Kedua stasiun dirancang sebagai simpul Transit Oriented Development (TOD), lengkap dengan trotoar ramah pejalan kaki, aksesibilitas penuh bagi penyandang disabilitas, dan koneksi langsung dengan Transjakarta. Khusus Stasiun Kota, integrasi dilakukan dengan Commuter Line,” ujar Adjib.
Konstruksi Presisi di Kawasan Bersejarah
Penataan kawasan mengacu pada Urban Design Guidelines (UDGL) Kota Tua, mendukung Low Emission Zone, serta mengutamakan material non-combustible dan sistem proteksi kebakaran berstandar tinggi.
Baca juga: Hutama Karya Bangun 22 Rumah Sakit dan 12 Fasilitas Pendidikan di Usia 80 Tahun Indonesia Merdeka
Konstruksi bawah tanah dilakukan dengan metode top-down dan Tunnel Boring Machine (TBM). Untuk meminimalkan getaran di kawasan padat bangunan, digunakan alat penggali hidrolik dan sistem dinding diafragma ganda di titik tertentu.
Menghadapi kondisi padat permukiman—dengan jarak bangunan hanya tiga meter dari area kerja—proyek dilaksanakan dengan pendekatan berbasis data, pemantauan getaran otomatis, survei awal bangunan, hingga sosialisasi rutin dengan warga. Bahkan, di Stasiun Kota dibangun Community Center yang menampilkan miniatur CP203 sebagai sarana edukasi publik.
Dimensi, Teknologi, dan Tenaga Kerja
- Stasiun Glodok: panjang 240 m, lebar 23,1 m, dua lantai, kedalaman 19,7 m.
- Stasiun Kota: panjang 411 m, lebar 21,1 m, tiga lantai, kedalaman 23,45 m.

Seluruh sistem (listrik, air, ventilasi) direncanakan dengan teknologi digital untuk menghindari bentrok desain dan menghemat waktu pekerjaan. Hingga Juli 2025, proyek melibatkan 879 pekerja, 97,3% di antaranya tenaga lokal, serta diiringi program sosial seperti dukungan panti asuhan dan kegiatan masyarakat.
Manfaat Jangka Panjang
Saat beroperasi, lintasan Glodok–Kota akan mengurangi kemacetan koridor wisata dan perdagangan, memperlancar arus pengunjung Kota Tua, serta menghubungkan titik-titik strategis Jakarta melalui transportasi cepat dan terintegrasi.
“Tujuan kami bukan hanya membangun transportasi massal yang andal, tetapi juga memperkaya ruang kota dan pengalaman masyarakat di kawasan bersejarah Jakarta,” tutup Adjib Al Hakim. (***)