
Konstruksi Media – Persatuan Insinyur Indonesia (PII) merayakan hari jadinya ke-73 dengan semangat pembaruan dan komitmen kuat terhadap agenda reindustrialisasi nasional.
Mengangkat tema “Organisasi Ligat, Reindustrialisasi Kuat”, momentum ini menjadi refleksi sekaligus dorongan untuk memperkuat peran insinyur Indonesia dalam menavigasi arah pembangunan yang mandiri, berkelanjutan, dan berbasis inovasi.
Ketua Umum PII, Ilham Akbar Habibie mengatakan bahwa tantangan zaman saat ini menuntut organisasi profesi untuk tidak hanya solid, tetapi juga lincah dalam merespons dinamika global.
“Reindustrialisasi adalah prasyarat penting menuju kedaulatan ekonomi nasional dan mencapai visi Indonesia Emas tahun 2045. Tidak ada negara maju tanpa industri yang kuat,” ungkap Ilham Akbar Habibie dalam tayangan video yang diputar dalam HUT PII ke-73 di Graha Rekayasa Indonesia, Jumat, (23/05/2025).

Untuk diketahui, gelaran HUT PII ke-73 ini diselenggarakan secara hybrid dan secara offline dihadiri oleh pengurus PII nasional, salah satunya Wakil Ketua PII Prof. Agus Taufik Mulyono, Sekretaris Jenderal PII Teguh Haryono, Direktur Eksekutif PII Santhi Serad, serta dihadiri berbagai Ketua Badan Kejujuran PII dan PII Wilayah/Provinsi. Selain itu, juga dihadiri oleh Ketua Umum PII periode 2018-2021 Heru Dewanto.
Ilham Habibie menambahkan bahwa reindustrialisasi bukan hanya sekadar pembangunan pabrik atau kawasan industri, melainkan membangun ekosistem industri yang berbasis inovasi, teknologi dalam negeri, dan sumber daya manusia (SDM) unggul.
“Industri buka saja memberikan nilai tambah secara financial, tapi juga mampu mempekerjakan ratusan, bahkan ribuan hingga jutaan tenaga kerja. Industri dalam hal ini bukan hanya menyelesaikan masalah teknis atau masalah lain, tetapi menentukan arah kebijakan teknologi dan industri, serta mengembangkan produk dan jasanya,” papar Ilham Habibie.

Ilham Habibie menyebut jika kita membedakan sainstis dengan insinyur sebagai berikut, sainstis mencari kebenaran, sedangkan insinyur fokus kepada solusinya.
“Kita sebagai insinyur adalah ujung tombak dalam merancang bangun pengembangan infrastruktur, transformasi energi, digitalisasi manufaktur, penguatan industri pertahanan, dan lainnya, semua itu harus mengacu pada paradigma-paradigma abad ke-21 yaitu seperti berkelanjutan, hijau, biru, circular dan lainnya,” beber dia.

Untuk itu, organisasi PII terus memperkuat system pengembangan keprofesian berkelanjutan, dan terlibat aktif dalam proyek pemerintah baik proyek strategis nasional dan juga global.
Menurutnya, usia 73 tahun, bukan usia muda lagi, tapi juga bukan akhir perjalanan organisasi insinyur, justru kini saatnya organisasi insinyur melakukan lompatan besar menjadi organisasi profesi yang modern dan terpercaya. “Kita harus hadir sebagai thought leader dalam kebijakan publik sebagai mitra strategis pemerintah dan industri,” jelas dia.
“Mari kita jadikan HUT PII ke-73 ini sebagai momentum mempererat kolaborasi, solidaritas, karena dengan organisasi yang solid kita bisa memastikan bahwa reindustrialisasi Indonesia benar-benar kuat,” tutupnya.