HeadlineHotelINFOKorporasiNews

HFW Ramaikan PADSK–SCLI International Conference 2025, Edukasi Risiko Hukum Konstruksi dan Kebutuhan Konten Lokal

HFW merupakan firma hukum internasional yang mengkhususkan diri pada sektor-sektor strategis seperti energi, konstruksi, asuransi, logistik, dan pengiriman barang.

Konstruksi Media – Firma hukum global Holman Fenwick Willan (HFW) menilai Indonesia sebagai salah satu pasar dengan potensi pertumbuhan terbesar di sektor konstruksi dan infrastruktur. Hal ini disampaikan Nick Watts, Partner HFW, saat menghadiri PADSK–SCLI International Conference 2025 di Hotel Manhattan, Jakarta.

Watts hadir atas undangan Prof. Sarwono Hardjomuljadi, tokoh senior konstruksi Indonesia dan Presiden Society of Construction Law Indonesia (SCLI). Dalam keterangannya, Watts menyatakan bahwa kehadirannya bukan semata-mata untuk promosi, melainkan untuk berbagi pengalaman yang luas dari praktik HFW di berbagai proyek pembangunan global, termasuk di Indonesia.

“Perusahaan kami telah banyak berkiprah di sektor minyak dan gas, transportasi, serta proyek infrastruktur lainnya. Di Indonesia, kami pernah mendampingi proyek-proyek besar seperti instalasi modular untuk migas, pembangkit listrik, hingga proyek PPP rumah sakit dan jalan tol,” ujar Watts.

HFW merupakan firma hukum internasional yang mengkhususkan diri pada sektor-sektor strategis seperti energi, konstruksi, asuransi, logistik, dan pengiriman barang. Dengan lebih dari 700 pengacara yang tersebar di 14 kantor di berbagai belahan dunia, HFW dikenal luas berkat kekuatan mereka dalam penyelesaian sengketa, termasuk litigasi dan arbitrase internasional.

HFW
Nick Watts, dari HFW turut berpasrtisipasi di PADSK–SCLI International Conference 2025

Meskipun belum memiliki kantor resmi di Indonesia, HFW telah aktif memberikan layanan hukum melalui jejaring mitra lokal dan penasihat independen. Menurut Watts, HFW juga berperan dalam mendidik dan melatih pengacara Indonesia, serta membantu klien lokal maupun internasional yang menjalankan bisnis di Indonesia.

Namun, ia mengakui bahwa berbisnis di Indonesia memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya adalah kompleksitas budaya pemerintahan dan sistem hukum yang mengandalkan asas good faith (itikad baik), yang menurutnya tidak terlalu menonjol dalam sistem hukum negara-negara lain. Ia juga menyoroti pentingnya pemahaman tentang alokasi risiko dalam investasi, serta kepatuhan terhadap aturan konten lokal (local content) yang masih sering menjadi perdebatan di lapangan.

Baca juga: Kolaborasi Jadi Kunci: BPKP Dorong Penguatan Fungsi DAAB dalam Proyek Konstruksi

“Kita perlu memahami area investasi yang diperbolehkan, serta bagaimana kewajiban konten lokal diberlakukan. Di Australia, misalnya, beberapa negara bagian juga mewajibkan penggunaan konten lokal demi menciptakan lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negeri,” jelasnya.

Watts juga menyinggung pentingnya penerapan aspek ESG (Environmental, Social, and Governance) dalam proyek konstruksi. Ia menyebut Australia dan beberapa negara Eropa telah mewajibkan penggunaan panel surya di bangunan baru sebagai bentuk tanggung jawab terhadap pengurangan emisi karbon. Menurutnya, tren ini bisa menjadi acuan penting bagi Indonesia untuk mendorong pembangunan hijau dan berkelanjutan.

HFW
Nick Watts, dari HFW turut berpasrtisipasi di PADSK–SCLI International Conference 2025

Mengenai masa depan pembangunan Indonesia, Watts menyampaikan harapan agar pemerintah terus melanjutkan momentum pembangunan infrastruktur yang telah dirintis selama era Presiden Joko Widodo. Ia secara khusus menyoroti proyek Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai langkah strategis untuk mengurangi beban Jakarta dan memperluas pemerataan pembangunan.

“Jakarta akan selalu menjadi Jakarta, dengan budaya Betawinya yang khas. Tapi IKN bisa menjadi contoh perencanaan kota modern di kawasan Asia. Saya harap presiden berikutnya dapat melanjutkan visi besar ini,” tuturnya.

Di akhir pernyataannya, Watts menilai bahwa sektor transportasi akan menjadi ujung tombak pembangunan Indonesia ke depan. Dengan karakter geografis sebagai negara kepulauan, aksesibilitas yang merata diyakini akan membawa kekayaan dan kemajuan ke wilayah-wilayah yang selama ini belum tergarap optimal. (***)

Back to top button
Chat WhatsApp