
Hadiri ICI 2025, Menteri Dody: Infrastruktur Masa Depan Harus Lebih Hijau, Lebih Pintar, dan Dibangun Bersama
Pembangunan infrastruktur yang tidak hanya masif, tetapi juga tangguh, cerdas, dan inklusif.
Konstruksi Media — Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo, dalam sambutannya di pembukaan International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 menegaskan bahwa tantangan global seperti pertumbuhan kota yang pesat, perubahan iklim, dan meningkatnya ekspektasi masyarakat menuntut pembangunan infrastruktur yang tidak hanya masif, tetapi juga tangguh, cerdas, dan inklusif.
“Indonesia memahami kompleksitas ini. Dengan lebih dari 270 juta penduduk tersebar di 70 ribu pulau, kompleksitas adalah kehidupan sehari-hari kita. Tapi di balik kompleksitas itu, terdapat peluang besar,” ujar Menteri Dody.
Menurutnya, Kementerian PU mengusung enam prinsip utama sebagai fondasi membangun ketahanan infrastruktur, yakni resiliensi, konektivitas, kesejahteraan, inklusivitas, inovasi, dan tata kelola yang baik.

“Ini bukan sekadar strategi, tapi bagian dari visi yang lebih luas, yang diinspirasikan oleh Asta Cita, sebuah arah pembangunan yang menjadi misi Presiden Prabowo dan Wakil Presiden Gibran,” jelasnya.
Untuk mengimplementasikan visi tersebut, Kementerian PUPR berpedoman pada RPJMN 2025–2029 yang menjadi kompas pembangunan nasional, dan memperkenalkan inisiatif PU608—yakni target agar investasi infrastruktur memberikan imbal hasil ekonomi minimal 8% dengan rasio biaya terhadap manfaat (cost-benefit ratio) di bawah 6.
“Setiap jalan, pipa, dan bendungan yang dibangun harus memberikan nilai ekonomi dan keberlanjutan. Pembangunan tidak cukup besar, tapi harus efektif dan efisien,” ujarnya.
Baca juga: Buka ICI 2025, Menko AHY: Infrastruktur Harus Jadi Fondasi Kesejahteraan dan Keberlanjutan
Dalam pidatonya, Dody mengungkapkan sejumlah proyek prioritas dan inisiatif unggulan:
- Pengembangan 50 kota pintar dan inklusif melalui kolaborasi nasional dan dukungan Bank Dunia selama 2025–2029.
- Integrasi prinsip ESG (Environmental, Social, Governance) dalam seluruh program infrastruktur, termasuk proyek Public-Private Partnership (PPP) seperti Mini Hydro Power Plant Fidelita dan Bendungan Sadawarna.
- Pembangunan Sea Wall Terpadu dari Jakarta hingga Gresik untuk melindungi wilayah pesisir dari dampak perubahan iklim, termasuk proyek Semarang–Demak Coastal Road.
- Pembangunan bendungan energi terbarukan seperti Arsari, Muara Julau, dan Mentarang melalui skema captive power.
- Fasilitas air bersih Jatiluhur I yang memasok 5.700 liter per detik ke Jakarta melalui kemitraan swasta.
- Efisiensi penggunaan air pertanian, menurunkan dari 80% menjadi 60%, khususnya di Jawa Barat.

“Pembangunan infrastruktur tidak hanya soal beton dan baja, tapi juga soal cara berpikir dan merancang masa depan. Karena itu, kami fokus pada empat strategi: infrastruktur pintar berbasis AI, rencana kota hijau, konstruksi yang tahan terhadap bencana iklim, serta pelibatan aktif masyarakat,” tegasnya.
Menteri Dody menutup pernyataannya dengan mengajak seluruh pihak—pemerintah, swasta, dan lembaga pembangunan—untuk berkolaborasi membangun masa depan infrastruktur Indonesia.
“Tak ada negara yang bisa melakukannya sendirian. Kami percaya pada kekuatan kemitraan. Kota masa depan dibangun dari keputusan yang kita ambil hari ini. Infrastruktur ke depan harus lebih hijau, lebih pintar, dan dibangun secara bersama-sama.”
Ia juga menyampaikan bahwa untuk mencapai target pembangunan 2025–2029, Indonesia membutuhkan dana sekitar Rp1.900 triliun, dengan 40% di antaranya diharapkan berasal dari investasi swasta dan pembiayaan kreatif.
“Kami telah menyiapkan 55 proyek kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU), dan pada ICI hari ini, 9 proyek senilai sekitar Rp90 triliun resmi dibuka untuk investasi. Ini adalah undangan untuk membangun tidak hanya infrastruktur, tetapi juga dampak yang benar-benar bermakna,” pungkasnya. (***)