
Konstruksi Media – SCG mengomentari ketegangan perdagangan global yang kembali meningkat menyusul kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) terhadap negara-negara dengan defisit perdagangan tinggi, termasuk Indonesia. Meski kebijakan tersebut ditangguhkan selama 90 hari sejak 9 April 2025 untuk memberi ruang negosiasi, ketidakpastian pasar tetap membayangi dan mendorong revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global oleh IMF menjadi 2,8%.
Indonesia termasuk negara yang terdampak, dengan tarif impor sebesar 32% untuk sejumlah produk. Meski masih dalam tahap negosiasi bilateral, dampaknya sudah mulai dirasakan pelaku industri. Salah satunya adalah SCG, perusahaan berbasis Thailand dengan operasi luas di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Dampak Terbatas, Tapi SCG Tetap Waspada

President and CEO SCG, Thammasak Sethaudom, menilai dampak langsung terhadap perusahaan masih minim karena ekspor ke AS hanya menyumbang 1% dari total penjualan tahun 2024. Namun, ia mengingatkan bahwa dampak tidak langsung bisa muncul setelah masa penangguhan tarif berakhir.
“Perang dagang memberikan tekanan global, tetapi juga menciptakan peluang—seperti penurunan harga minyak dan tetap kuatnya permintaan untuk produk bernilai tambah dan ramah lingkungan,” ujarnya.
Baca juga: SCG Perkuat Transformasi Logistik Hijau di Indonesia: Inovasi dan Komitmen Menuju Net Zero 2050
Empat Strategi SCG Menghadapi Perang Dagang Dunia
Untuk memperkuat daya saing di tengah ketidakpastian global, SCG menerapkan empat strategi utama:
1. Efisiensi dan Inovasi Operasional
- Konsolidasi lini produksi dan otomatisasi berbasis robotik.
- Penggunaan teknologi seperti Digital Mapping di PT Semen Jawa untuk efisiensi tambang.
- Optimalisasi biaya administratif melalui teknologi AI seperti SA-RA.
- Efisiensi logistik lewat sistem backhaul matching oleh SCG Barito Logistics.
- Pemanfaatan energi alternatif (AF/AR) untuk menggantikan batu bara.
2. Diversifikasi Produk
- Pengembangan produk High Value-Added (HVA), Green Products, dan Quality Affordable Products (QAP) untuk menjangkau berbagai segmen pasar.

3. Ekspansi Pasar Ekspor
- Penetrasi ke pasar baru untuk produk seperti Low Carbon Cement yang sedang tumbuh permintaannya.
4. Optimalisasi Produksi ASEAN
- Pemanfaatan jaringan produksi di Thailand, Vietnam, Indonesia, dan Filipina untuk menghindari tarif tinggi dengan pengalihan ekspor secara strategis.
Dukung UMKM Lewat Kolaborasi dan Program GESARI
Country Director SCG Indonesia, Warit Jintanawan, menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk menghadapi tekanan ekonomi global. Perusahaan juga berkomitmen memperkuat UMKM melalui program Gerakan Desa Berdikari (GESARI) yang telah mendukung lebih dari 70 UMKM di Indonesia.
“UMKM adalah tulang punggung ekonomi nasional. SCG siap berbagi pengetahuan dan teknologi agar mereka mampu bertahan dan berkembang di tengah tantangan global,” tuturnya. (***)