News

Guru Besar ITB Beberkan Kunci Sukses Sistem Transportasi Nasional

Menghadapi tantangan transportasi dan mobilitas perkotaan, saat ini sedang banyak dikembangkan transportasi model bisnis baru.

Konstruksi Media – Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan (FTSL) Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof. Ir. Harun Al Rasyid Lubis, M.Sc., Ph.D., mengungkapkan kunci sukses sistem transportasi nasional. Dia menyebutkan era disrupsi pelayanan transportasi sudah merebak dan tidak terbendung.

Ritual perencanaan transportasi yang kental dengan perencanaan fisik kini juga berhadapan dengan layanan big data dari para provider dan layanan yang disajikan para aplikator langsung kepada pengguna lewat telepon pintar.

Menurutnya, dari aspek perencanaan transportasi dan pembuatan keputusan pemanfaatan dan aplikasi teknologi informasi dan komunikasi akan terus diadaptasi dan menjadi kebiasaan sehari-hari.

Planning-technology nexus, koneksi praktek perencanaan transportasi dan teknologi merupakan domain penelitan yang sangat terbuka ke depan. Keberadaan ragam media sosial dan data yang berlimpah serta cara mengolahnya melalui kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin menjadi domain penting dalam proses pengambilan keputusan,” tuturnya kepada Konstruksi Media, Sabtu, (3/9/2022).

Ia menjelaskan, seberapa bermanfaat peran seorang perencana transport dalam persiapan perencanaan dan proses pengambilan keputusan dimasa datang menjadi spekulasi di dunia saat ini.

Namun yang pasti, persoalan demokrasi atau perencanaan yang partisipatif akan semakin menjadi tuntutan masyarakat, terutama bagi penghuni setempat yang terkena langsung dengan rencana aksi kebijakan. Kemajuan dan tingkat kedewasaan demokrasi partisipatif di suatu negara akan sangat menentukan kualitas keputusan publiknya.

“Terutama sebaik apa tata kelola pemerintahan yang baik dan meritokrasi dipraktekkan dalam setiap eksekusi agenda pembangunan. Perencana dituntut untuk dapat mengatasi ketimpangan digital yang ada di masyarakat, dengan melakukan pendekatan secara khsusus dalam menampung aspirasi dari kalangan yang memiliki akses digital dan media sosial yang terbatas,” papar dia.

Baca Juga : Penerapan Housing Urban Development dalam Pembangunan TOD

Menghadapi tantangan transportasi dan mobilitas perkotaan, saat ini sedang banyak dikembangkan model bisnis baru yang bertujuan untuk menyaingi kenyamanan yang dirasakan ketika seorang mengendarai kendaraan pribadi.

Dia mengemukakan, mayoritas model bisnis mobilitas perkotaan ini berada pada tahap pertumbuhan atau kematangan yang berbeda yang umumnya dapat dibagi menjadi empat kategori Transportasi, Infrastruktur, Manajemen dan Informasi Lalu Lintas, Perencanaan dan Pembayaran Terlepas dari tingkat kematangan relatif sebagian besar model yang digunakan, ada ruang untuk memperluas cakupan sejumlah model bisnis-seperti car sharing, ride hailing (online on demand) dan Mobility as a Service (MaaS).

Prof Harun Al Rasyid: Jangan Jadikan IKN Kawasan Kota Hantu. Dok. Ist

“Untuk menghadapi transformasi tantangan tersebut di masa depan, pendekatan integrated multimodal urban mobility systems sangat relevan walaupun tetap saja masih ada tantangan yang patut diselesaikan secara kolaboratif, kompeten, terukur, dan dapat digunakan kembali untuk meninjau topik masalah lainnya,” terangnya kembali.

Berikut usulan empat poin rencana aksi (D.Little, Arthur-future of urban mobility) yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap pemangku kepentingan (yang bersangkutan) terdiri dari pemerintahan kota, penyedia layanan infrastruktur, penyuplai teknologi, pembuat kebijakan, pemodal/ pengelola keuangan, di antaranya :

  1. Membangun platform kolaboratif untuk menyelaraskan tujuan dan memprioritaskan bersama inisiatif terkait sistem mobilitas kota.
  2. Menetapkan dan melaksanakan visi dan strategi yang secara jelas mengartikulasikan seperti apa wujud implementasi sistem mobilitas kota di masa depan
  3. Menemukan dan menanggapi kebutuhan pengguna termasuk di antaranya pola penggunaan dalam rangka menawarkan layanan multimoda tanpa batas
  4. Memperkenalkan mekanisme pasar yang memastikan persaingan yang adil, sehat, dan konstruktif antar moda transportasi yang berbeda baik dari sisi model bisnis maupun jenis infrastruktur, dan tak kalah pentingnya yaitu menyediakan akses dan ruang kreasi bagi para pendatang baru yang berpotensial

Melihat peran layanan transportasi online 4.0 selama COVID-19 ini memberikan kita gambaran bagaimana kemajuan teknologi ini sangat banyak manfaatnya.

“Maka, sangat sayang jika kita tidak dapat mengembangkan ekosistem untuk mempermudah ujicoba layanan transportasi lanjutannya, maupun sektor lainnya bagi para start up dan inventor lokal. Atau kita bersiap untuk kembali gagap menghadapi gelombang kemajuannya yang terus mendesak dan terpaksa kita turuti,” beber dia.

Selanjutnya, ada beberapa poin penting yang dapat menjadi pesan bagi prospek industri 4.0, khususnya di sisi transportasi :

  1. Regulasi Sandboxing Layanan transportasi 4.0 masih tergolong fresh idea. Perlu adanya regulasi sandboxing untuk menjamin kemudahan dan keamanan melakukan uji konsep dan nilai tambah.
  2. Badan Kordinasi Industri 4.0 Sifat Industri 4.0 yang masih tergolong fresh idea. Ini juga perlu badan regulator khusus terpusat. Karena, karakteristik Industri 4.0 seperti IOT (Internet of Things), dan big data bisa menjadi boomerang jika tidak diregulasi jauh hari. Persoalan penegakan hukum dan keamanan data pribadi menjadi isu sentral yang perlu dicari solusinya.
  3. Apakah big data dan artificial intelligence akan mengurangi/ menghilangkan peran tenaga ahli? Dari data yang masif ini, dapat diolah meggunakan pembelajaran mesin ataupun kecerdasan buatan, yang dapat digunakan sebagai alternatif dalam mengetahui relasi antar variabel dan membantu dalam pemecahan masalah. Namun ia tidak mempunyai pemikiran rasional, perasaan dan humanisme. Bagaimana pun peran tenaga ahli akan tetap dibutuhkan.

“Berdasarkan semua hal yang sudah dibahas, tentu harapan kita sangat besar bagi perkembangan mobilitas perkotaan yang efektif dan juga berkelanjutan. Kita sudah mengetahui bahwa permasalaahan mobilitas perkotaan di Indonesia terdapat pada sisi kelembagaan, tata ruang, hukum, dan kajian-kajian transportasi,” urai Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara tersebut.

Semua permasalahan tersebut dapat diakomodir menjadi 1 buah kajian multidisiplin keilmuan yang nantinya akan berupa masterplan mobilitas kota maupun nasional.

Hadirnya masterplan ini dikarenakan polemik yang ada tidak hanya sekitar transportasi manusia, namun transportasi logistik perkotaan, nilai lahan pada titik-titik stasiun dan transportasi, serta tata kota.

Masterplan inipun nantinya juga harus mempertimbangkan prospek teknologi 4.0 mulai dari big data dan juga kendaraan listrik maupun kendaraan otonomus tanpa pengendara yang menggunakan Al sebagai otak.

“Hal ini bersifat mutlak, mengingat kesiapan Indonesia pada mata uang berbasis digital yang menggunakan chip NFC sudah sering digunakan selama pandemi, membuat momen ini menjadi sebuah titik momentum perubahan Indonesia menjadi negara yang siap menghadapi tantangan era digital pada transportasi kota maupun tata kota,” tutupnya.

Baca Artikel Selanjutnya :

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp