Grand Batang City, Contoh Kesuksesan PSN Jadi Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru
KITB membuka kesempatan industri di bidang kesehatan untuk membuka pabriknya, antara lain Jayamas Medika Industri, Tawada Healthcare, Interskala Medika Indonesia, Interskala Medika Solusindo, Acindo Medika.
Konstruksi Media – Harapan Pemerintah sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2021 bahwa Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) atau Grand Batang City akan menyerap tenaga kerja sebanyak-banyaknya, menciptakan peluang kerja seluas-luasnya, mendatangkan arus modal masuk yang dapat menggerakkan ekonomi bangsa, dapat terwujud dengan cepat. Hal ini berkat dukungan dan kolaborasi berbagai pihak serta kementerian/lembaga.
Sampai hari ini, infrastruktur di kawasan yang sudah terbangun antara lain sepanjang 50 km, rusunawa 10 tower dengan kapasitas 259 bed per tower. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dengan kapasitas 35 ton per hari, Bendung Urang dan jaringan transmisi, kapasitas IPA 285 liter per detik untuk kebutuhan air bersih di fase I seluas 450 hektare. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan kapasitas maksimal 2 x 9.000 m3 per hari, jaringan transmisi gas, dan fasilitas pendukung lainnya. Berbagai fasilitas ini terbangun sebagai wujud komitmen pemerintah melalui kementerian terkait seperti PUPR dan ESDM.
Pengembangan infrastruktur ini diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi kawasan, tenant, dan penghuni di dalamnya serta lingkungan yang bersih, sehat, dan menciptakan kawasan industri yang sustainable. KITB atau Grand Batang City merupakan Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan lahan seluas 4.300 hektare. KITB sebagai kawasan yang ramah investasi, menjadi tujuan menarik penanaman modal asing (PMA) dan mendorong perusahaan besar untuk merelokasi industri ke Indonesia.
Meneruskan laporan republika.co.id, sebagai bagian dari upaya pemulihan ekonomi nasional, saat ini KITB memiliki 13 tenant industri yang sudah memenuhi fase I, enam di antaranya dalam tahap konstruksi. Bahkan, satu tenant tahun ini melakukan recruitment dan pelatihan karyawan sebanyak 500 orang. Dengan demikian, pada tahun 2024 kuartal I, KITB akan beroperasi penuh.
Adapun 13 tenant yang sudah bergabung antara lain, KCC Glass Indonesia asal Korea Selatan yang akan menjadi pabrik kaca terbesar di Asia Tenggara seluas 46 ha. Yih Quan Footwear Indonesia merupakan pabrik perakitan sepatu berasal dari Taiwan dengan luas lahan 16,4 ha. Wavin asal Belanda dengan luas lahan 20 ha yang memproduksi pipa PVC. Rumah Keramik Indonesia (RKI) dengan luas lahan 13,8 ha.
Selain itu KITB membuka kesempatan industri di bidang kesehatan untuk membuka pabriknya, antara lain Jayamas Medika Industri, Tawada Healthcare, Interskala Medika Indonesia, Interskala Medika Solusindo, Acindo Medika. Ada pula berbagai industri lain yaitu Unipack Plasindo, Window Shutter, Cosmos Indo Ink, dan Samator Indo Gas.
Sukses pada fase I, KITB akan mengembangkan lahan fase II seluas 1.000 ha. KITB bakal fokus menjaring investor pada sektor industri masa depan seperti pabrik panel surya, pabrik baterai electric vehicle, dan semi-konduktor. Keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan Kementerian Investasi/BKPM dalam menarik investor asing.
Dari 13 tenant di fase I, diproyeksikan kebutuhan tenaga kerja mencapai 18.000 orang. Mengakomodir kebutuhan itu KITB menggandeng Pemerintah Kabupaten Batang hingga Kementerian Ketenagakerjaan guna menyiapkan SDM yang berkompeten sesuai kebutuhan. KITB bekerja sama dengan Pemkab Batang, Pemprov Jateng, dan Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) mengoneksikan 3 aplikasi pencari kerja yaitu Batang Career, E-Makaryo, dan Siap Kerja untuk menjembatani tenant dengan calon tenaga kerja. Sementara balai pelatihan disiapkan Kemenaker bersama Kementerian Perindustrian untuk menyiapkan SDM dengan kualitas dan kompetensi khusus.
Sinergi dan kolaborasi yang membuat kawasan ini berhasil menghadirkan industri-industri masa depan. Tak hanya pemerintah daerah dan pusat, dukungan juga diharapkan KITB dari sesama pelaku usaha. Kolaborasi diharapkan mampu meningkatkan daya saing Indonesia yang tengah berhadapan dengan Vietnam, Thailand, serta Malaysia untuk menarik foreign direct investment (FDI).