imported

FTUI, Pemerintah, dan Mitra Industri Kaji Potensi Hilirisasi Komoditas Alga

Beberapa perusahaan lokal telah berhasil membudidayakan mikroalga dan mentransformasikannya menjadi barang konsumsi dengan nilai ekonomi yang mampu bersaing.

Konstruksi Media – Sebagai negara yang dianugerahi dengan kekayaan alam perairan, Indonesia memiliki potensi besar dalam pemanfaatan biomassa alga, baik mikroalga maupun makroalga. Alga merupakan organisme unik yang memiliki kemiripan fungsi dengan tumbuhan, yaitu mampu melakukan fotosintesis sehingga dapat menjadi sumber berbagai bahan kimia melalui penangkapan karbon dioksikda (CO2) dan sinar matahari.

Namun, komoditas alga dari Indonesia umumnya masih diekspor dalam bentuk mentah sehingga perlu dilakukan hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah pada komoditas tersebut.

Departemen Teknik Kimia (DTK) Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI) membuktikan eksistensinya untuk terus berperan aktif dalam riset dan pengembangan mikroalga.

Baca juga: Mahasiswa FTUI Hadirkan “SEPARO”, Solusi Konsep Rumah dengan Keterbatasan Lahan

Dosen dan mahasiswa di DTK FT UI secara berkelanjutan meneliti teknik budi daya mikroalga di fotobioreaktor, termasuk ekstraksi pigmen dan sintesis bioproduk seperti biodiesel. Riset terkait dekarbonisasi melalui penangkapan CO2 oleh mikroalga juga menjadi fokus penelitian di DTK FT UI.

Guna mendukung peningkatan nilai tambah komoditas alga di Indonesia melalui hilirisasi, DTK FT UI menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema “Looking Up the Potential of Chemical Products from Plant-Based Resources for the National Industry Sustainability.”

FGD ini membahas beberapa pemanfaatan alga sebagai bahan kimia, di antaranya baktoagar, squalene, dan omega-3 seperti eicosapentaenoic acid (EPA) dan docosahexaenoic acid (DHA), serta bagaimana pemanfaatannya dalam industri.

Ketua Tim Kajian Makroalga dan Mikroalga DTK FT UI, Dr. Dianursanti, S.T., M.T., menyebutkan bahwa mikroalga yang hidup di perairan dan bergantung pada fotosintesis, menjadi fokus pengembangan utama di Indonesia.

Menurut dia, berbagai pihak termasuk perguruan tinggi, lembaga riset negara, dan perusahaan, tengah aktif meneliti dan mengembangkan pemanfaatan mikroalga untuk berbagai keperluan.

“Riset dan pengembangan mikroalga diarahkan pada tiga aspek utama, yaitu transformasi biomassa mikroalga menjadi produk lain, ekstraksi bahan aktif, dan dekarbonisasi melalui penangkapan CO2 oleh mikroalga,” kata dia dikutip dari rilis persnya, Jumat (29/12/2023).

Dekan FT UI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU. mengatakan pemanfaatan mikroalga di Indonesia tidak hanya sebatas penelitian. Saat ini, kata dia, beberapa perusahaan lokal telah berhasil membudidayakan mikroalga dan mentransformasikannya menjadi barang konsumsi dengan nilai ekonomi yang mampu bersaing.

Baca juga: FTUI Kembali Gelar QiR, Targetkan Indonesia Bebas Karbon Melalui Solusi Inovatif dan Kebijakan Berkelanjutan

“Beberapa fasilitas produksi dengan emisi CO2 tinggi juga telah menguji coba penangkapan CO2 menggunakan mikroalga yang dibudidayakan secara terintegrasi,” ujarnya.

Melalui FGD ini, ditemukan bahwa sejumlah bahan kimia yang terkait dengan produk farmasetikal, nutrasetikal, kosmetik, dan uji laboratorium masih diimpor. Hal ini mengakibatkan pemasokan bahan kimia oleh industri pengguna (offtaker ) melalui impor memakan biaya yang relatif tinggi.

Di sisi lain, para offtaker semakin didorong untuk memperbesar Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Untuk itu, sinergi antara pelaku riset dan industri menjadi krusial dan perlu dioptimalkan guna mempercepat implementasi pengembangan produksi bahan kimia dari alga di dalam negeri.

FGD yang berlangsung di Balai Apung Perpustakaan Pusat Kampus UI, Depok pada 8 Desember 2023 ini turut dihadiri oleh tim Kajian Makroalga dan Mikroalga DTK FT UI yang diwakili oleh Dr. Dianursanti, S.T., M.T. dan Dr. Tania Surya Utami, ST. MT., perwakilan Pemerintah dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Lembaga Minyak dan Gas Bumi (Lemigas), serta mitra industri, di antaranya Septian Marno (PT Pertamina (Persero)), Iwan Ridwanto (PT Dipa Puspa Labsains), Irene Triyanti (PT Nutrifood Indonesia), Adhi Nugraha (PT IMCD), dan Juang Arwafa (PT Paragon Technology and Innovation).

Artikel Terkait

Back to top button