Freeport Bangun Fasilitas Sains di Universitas Cendrawasih Senilai Rp45 Miliar
Untuk fasilitasnya, pusat sains dan kemitraan ini akan memiliki 1 auditorium berkapasitas 230 kursi dan 18 kelas.
Konstruksi Media – PT Freeport Indonesia (PTFI) membangun fasilitas pusat sains dan kemitraan di Kampus Universitas Cendrawasih, Jayapura. Kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) yang dilakukan Presiden Direktur PTFI Tony Wenas dan Rektor Universitas Cendrawasih Apolo Safanpo.
Tony Wenas mengatakan, PTFI akan membangun gedung senilai Rp45 miliar dan melanjutkan program-program yang sudah dijalankan. Gedung pusat sains di Universitas Cenderawasih akan dimanfaatkan untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya di bidang pertambangan.
“Pada kesempatan ini, kami juga akan menandatangani satu MoU dengan Uncen, yaitu untuk penelitian bersama senilai Rp1,5 miliar dan dengan harapan tentu saja PTFI dan Uncen dapat bahu membahu untuk membangun papua utk kejayaan Indonesia, Indonesia maju Papua Jaya,” kata Tony melalui Profit CNBC Indonesia, Jumat (7/10/2022).
Gedung ini dibangun di lahan seluas 2.765 m2, dengan luas lantai dasar 630 m2, luas lantai 2 sebesar 570 m2, luas lantai 3 sebesar 870 m2, luas auditorium sebesar 320 m2, dan luas lantai rooftop sebesar 375 m2.
Untuk fasilitasnya, pusat sains dan kemitraan ini akan memiliki 1 auditorium berkapasitas 230 kursi dan 18 kelas. Ada juga beberapa fasilitas pendukung seperti ruang dosen, toilet, ruang panel listrik, fire sprinkler dan alarm, ruang penyimpanan dan juga ruang utilitas.
Baca juga: Tangani Aspek Pengusahaan IKN, Bambang Susantono Siapkan Badan Usaha Milik Otorita
Adapun pemilihan warna dan material dari gedung ini terinspirasi dari warna Freeport dengan nuansa tambang dan juga warna hijau yang diambil dari nuansa tanah Papua yang hijau. Gedung ini juga membawa konsep green building dengan sistem kelistrikannya bersumber dari solar panel.
Rektor Universitas Cendrawasih Apolo Safanpo mengatakan dalam bidang pertambangan, diperlukan juga pengembangan teknologi dan kompetensi SDM yang tinggi.
“Oleh karena itu kerja sama antara pemerintah dan perguruan tinggi beserta seluruh perusahaan tambang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan SDM, secara khusus dalam bidang pertambangan, maupun menghadirkan investasi yang besar untuk membangun bangsa dan negara melalui sektor pertambangan,” kata Apolo.
Sebagai informasi, PTFI selaku perusahaan tambang yang beroperasi di Papua selalu melibatkan masyarakat Papua dalam menjalankan kegiatan pertambangan. Hal ini terlihat dari komposisi pegawai asli Papua mencapai 41,36%.
Masyarakat Papua juga diberikan berbagai posisi strategis. Dengan rincian 57 orang berada di posisi manajer dan posisi senior, 9 orang menjabat sebagai senior VP dan vice president, serta 1 orang berada di posisi direktur.
Baca artikel selanjutnya:
- Dimulai Akhir 2025, Taman Safari Bakal Hadir di IKN
- Anggaran Kementerian PU Dipangkas jadi Rp29,57 Triliun, 2,1 Juta Tenaga Kerja Konstruksi Terancam Nganggur
- Jeritan Industri Konstruksi Ditengah Pemangkasan Anggaran Infrastruktur
- KSO HKI-Acset-NK Kebut Pengerjaan Tol Probolinggo-Banyuwangi Paket II, Capai Progres 81,91%