Emisi Karbon Listrik Masih Tinggi, PLN Gencarkan Infrastruktur Kendaraan Elektrik
Konstruksi Media – Produksi listrik di dalam negeri saat ini masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang berbasis pada penggunaan bahan baku batu bara. Proses pembakaran batu bara itu dinilai masih menghasilkan emisi karbon.
Atas hal itu, PT PLN saat ini tengah gencar membangun infrastruktur pendukung untuk kendaraan listrik di Indonesia. Namun, alih-alih dapat memperbaiki lingkungan, nyatanya energi listrik masih tetap menghasilkan emisi karbon (CO2).
Executive Vice President Pemasaran dan Pengembangan Produk PT PLN Hikmat Drajat mengatakan, saat ini memang sekitar 60 persen komposisi power plant PLN masih PLTU. Alasannya, produksi listrik itu tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.
- IAI Jakarta Resmi Gelar Jakarta Architecture Festival 2024
- Tampil Baru, Pesawat Garuda Indonesia dengan Design Pikachu Berkemeja Batik
- IKN Hadirkan Festival untuk Pelestarian Budaya dan Bangkitkan Ekonomi Kreatif
“Pembangunan listrik itu tidak bisa satu bulan atau dua bulan, paling tidak 2-3 tahun. Pembangkit-pembangkit listrik yang dibangun, sekitar 3 sampai 4 tahun yang lalu itu masih dominan PLTU, sehingga saat ini kurang lebih 60 persen komposisinya masih PLTU,” kata Hikmat dikutip pada Jumat (26/11/2021).
Namun, Hikmat menyampaikan bahwa saat ini PLN sudah mulai menghentikan penggunaan PLTU. Kini mereka sudah mulai beralih ke renewable energy power plant dengan memanfaatkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
“PLTP itu renewable yang di Indonesia potensinya kurang lebih 20 sampai dengan 22 Giga Watt Hour. Ini yang belum kita bangun bersama-sama. Sudah ada kebijakan dari pemerintah bahwa tidak ada lagi pembangunan power plant berbasis batu bara,” ujarnya.
Hikmat meminta masyarakat untuk tidak perlu khawatir soal emisi karbon yang dihasilkan dari produksi listrik PLN. Perusahaan pelat merah ini juga akan mengacu pada rencana net zero emission yang ditargetkan tercapai pada 2060.
“Jadi jangan khawatir, mulai dari sekarang kami sudah stop pembangunan pembangkit berbasis batu bara. Nantinya akan ketemu ketika mobil-mobil sudah beralih ke listrik dan emisi CO2 sudah semakin berkurang, karena akan banyak pembangunan renewable energy,” pungkasnya.***