Profil

Elvi Fadilah: Kombinasi Kekuatan Skill & Spiritualitas

Perjalanan karier Dila diawali dari restu orang tua membuat semuanya berjalan dengan baik hingga meraih puncak karier sebagai Direktur Utama PT Adhimix PCI Indonesia.

Konstruksi Media – Elvi Fadilah yang merupakan jebolan Teknik Sipil Universitas Islam Indonesia (UII) mampu mematahkan kesan bahwa konstruksi selalu identik dengan pria. Dia patut menjadi contoh bagi kaum perempuan Indonesia, khususnya para generasi muda dan kaum milenial, bahwa kaum Hawa pun memiliki kesempatan untuk berkarya di bidang konstruksi.

Wanita yang memiliki hobi golf ini menceritakan kisah perjalanannya hingga masuk ke dunia konstruksi. Apakah Elvi Fadilah yang akrab disapa Dila sejak awal bercita-cita berkarier atau mencintai sektor konstruksi?

“Jika ditanya apakah awalnya menginginkan masuk ke Prodi Teknik Sipil, saya jawab enggak. Cita-cita awal ingin berkiprah di bidang kesehatan, dokter misalnya. Apalagi sekitar 30 tahun yang lalu [era 1990-an], perempuan itu sangat jarang sekali melanjutkan pendidikan dengan mengambil Program Studi Teknik Sipil. Masih sangat langka pada waktu itu,” tutur President Director PT Adhimix PCI Indonesia Elvi Fadilah saat berbincang dengan Konstruksi Media, Selasa (21/3/2023).

Sosok yang memiliki moto hidup selalu bersyukur ini menilai bahwa pada saat itu, Prodi Teknik Sipil belum terlalu diminati perempuan. Lalu, kenapa seorang Dila tidak memilih Prodi Kedokteran dan justru masuk ke prodi yang tidak terlalu lazim buat kaum perempuan pada saat itu?

Rupanya hal ini berawal dari keinginan ayahnya agar Dila masuk ke Prodi Teknik Sipil. Pasalnya, dari 3 orang anaknya belum ada kuliah di Teknik Sipil. Ayahnya bukan tanpa alasan memberikan saran tersebut karena latar belakangnya yang juga di bidang struktur/sipil.

Di sinilah terlihat kepekaan spiritual sosok kelahiran Maret 1971 ini kendati saat itu masih belia. Dia mampu mendengarkan arahan orang tua. Seperti kalimat yang disampaikan Robert Brault bahwa “Kasih orang tua tetap utuh tidak peduli berapa kali dibagi”. Mungkin saat itu Dila tidak dipengaruhi oleh kata bijak Robert Brault, tetapi lebih pada insting atau suara hati untuk mengikuti arahan Sang Ayah.

“Jadi, saya seperti menjadi last hope [harapan terakhir] dari Ayah [untuk masuk ke Prodi Teknik Sipil]. Akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke Prodi Teknik Sipil UII [tahun 1993]. Jadi, bukan karena tidak ada pilihan, tetapi pilihan saya itu mengikuti keinginan orang tua,” tutur perempuan jebolan S2 Manajemen Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menceritakan kisahnya.

Kendati cukup berat pada awal menjalani Prodi Teknik Sipil, dia mampu melewatinya dengan baik. Pasalnya, dia meyakini jika berusaha keras, maka tidak ada yang tidak bisa dilakukan. “Apalagi saya sudah mengantongi restu dari orang tua. Yang saya yakin banget, kalau orang tua merestui itu, pasti dimudahkan. Ada jalan yang kita tidak pernah kira dan kemudahan itu datang. Itu yang saya rasakan.”

Kombinasi keyakinan dan restu orang tua membuatnya mampu melewati prodi yang didominasi para kaum Adam ini. Begitu memasuki semester III, dia langsung bergerak cepat. Bahkan, pada semester V, Dila dipercaya menjadi asisten dosen. Dia pun bisa menghasilkan uang sendiri dengan menjadi asisten dosen.

Lalu apa hasilnya dari keyakinan dan restu orang tua? Dila mampu menjadi lulusan tercepat di angkatannya. Begitu juga ketika dia melanjutkan Pasca-Sarjana (S2), juga menjadi lulusan pertama atau tercepat. Satu angkatannya hanya ada 5 perempuan, sedangkan dari total mahasiswa Prodi Teknik Sipil UII sebanyak 250 orang, hanya 18 orang diantaranya adalah perempuan. Kemudian, dari 18 mahasiswi teknik sipil tersebut tidak seluruhnya sampai wisuda, karena sebagian ada yang pindah ke jurusan atau fakultas lainnya.

Masuk Adhi Karya

Setelah wisuda dan menyandang gelar Sarjana Teknik Sipil, tak perlu waktu lama bagi Dila untuk masuk ke dunia kerja. Dia diterima di salah satu BUMN Karya terbesar, PT Adhi Karya (Persero) Tbk., yang menjadi incaran sebagian besar mahasiswa Teknik Sipil, bahkan mahasiswa fakultas lainnya.

“Waktu itu [1995], saya mengikuti tes dan diterima di Adhi Karya. Saat itu, Adhimix masih berada di bawah naungan Adhi Karya Group,” ucapnya.

Dila masuk ke Adhi Karya sebagai management trainee (MT) selama 2 tahun, kemudian diangkat menjadi karyawan tetap. Saat itu, Adhimix dalam posisi akan divestasi dan spin off menjadi anak perusahaan.

Sebelumnya, PT Adhimix Precast Indonesia merupakan salah satu divisi PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Kemudian, pada 2002 divisi ini spin off menjadi PT Adhimix Precast Indonesia yang fokus pada bisnis beton ready mix dan precast yang fokus sebagai pemasok bahan beton.

“Kemudian saya dikasih pilihan, tetapi di induk [Adhi Karya] atau bergabung dengan Adhimix [Adhimix Precast Indonesia bergerak di industri precast]. Saya berpikir kalau saya di konstruksi, saingan saya pasti berat dan bersaing dengan lainnya khususnya para laki-laki yang lebih dominan,” tuturnya.

Baca juga: Silvia Halim: Passion, Goals dan Mimpi

Pertimbangan lainnya memilih bergabung di Adhimix Precast Indonesia, karena dia masih bisa membagi waktu antara pekerjaan dan keluarga.

“Jadi kalau industri [precast], tempatnya pasti tetap, pabriknya tetap dan masih berhubungan dengan sektor konstruksi, dan juga sembari saya bisa meningkatkan kapasitas diri dan pengalaman,” jelasnya

Dila juga memegang prinsip ‘tidak di bagian/posisi apa pun karena justru kian memperkaya pengalaman dan knowledge.

“Pertama masuk saya di engineering, di dalamnya ada program minat dan bakat. Saya sering mengikuti bidang pemasaran. Selama 2 tahun di engineering, saya diposisikan di bagian pemasaran. Ini merupakan pengalaman baru yang saya dapatkan untuk pengembangan karier ke depan. Di bagian marketing juga menjadi kesempatan untuk memperluas networking karena sering bertemu dengan orang lain di lapangan,” ucap Dila.

Kepala Plant Perempuan Pertama

Di Adhimix, kariernya pun terus berkembang. Akhirnya dia dipercaya menjadi Kepala Plant Adhimix Precast Indonesia yang berlokasi di Cibitung, Bekasi pada tahun 2002. Padahal, saat itu, hampir semua kepala plant adalah pria. Oleh sebab itu, Dila menjadi Kepala Plant perempuan pertama di Adhimix.

“Pekerjaan di plant tidak mudah, terutama dari sisi waktu. Misalnya pekerjaan cor dilakukan pada malam hari, kemudian siang hari perakitan besi-besi dan struktur lainnya. Itulah kenapa jarang sekali kepala plant seorang perempuan karena pekerjaannya sangat intens pada malam hari daripada siang. Ngecor itu kadang di mulai dari jam 21.00 WIB, bahkan kalau di lapangan waktu senggang windows time untuk pekerjaan konstruksi masuk itu dimulai dari jam 23:00 – 05.00 WIB. Namun, saya tidak bisa menolak itu karena sudah menjadi risiko sebagai kepala plant,” jelasnya.

President Director PT Adhimix PCI Indonesia Elvi Fadilah. Foto: Istimewa

Dila yang juga sebagai seorang ibu dan istri, tentu terlebih dulu berdiskusi dengan keluarga terkait dengan penugasannya sebagai kepala plant. “Bersyukur keluarga, suami, anak-anak mendukung penuh pekerjaan yang sama ambil,” ucapnya.

Apalagi, suaminya juga bekerja di BUMN Karya sehingga sangat memahami posisinya. Dia pun terus mendapatkan dukungan dari sang suami.

Seiring dengan berjalannya waktu, bisnis Adhimix terus berkembang pesat sehingga memiliki 32 plant, 5 plant precast, dan fasilitas lainnya.

Setelah berhasil mengembang tugas sebagai Kepala Plant Adhimix Precast  Indonesia Cibitung, Dila dipercaya menjadi Kepala Unit Precast (2022 – 2024) yang membawahi beberapa plant di zona wilayah tertentu. Kariernya terus menanjak. Dia kemudian dipromosikan menjadi Kepala Divisi (jabatan yang langsung berada di bawah direksi). 

Kisahnya menjadi kepala plant tentu menginspirasi para perempuan lainnya, khususnya anak-anak muda yang berkarier di konstruksi agar tidak ragu untuk menjalani berbagai penugasan karena akan menjadikan banyak pengalaman dan pengetahuan yang mendukung bagi perjalanan kariernya.

Bermula dari seorang Dila, akhirnya banyak juga bermunculan kepala plant seorang perempuan, kendati masih tetap lebih dominan pria. Pasalnya, faktanya bahwa tantangan kepala plant tidak mudah.

Perjalanan karier Dila diawali dari restu orang tua membuat semuanya berjalan dengan baik hingga meraih puncak karier sebagai Direktur Utama PT Adhimix PCI Indonesia. Pencapaian ini dibarengi dengan kerja keras, terus belajar, menambah pengalaman dan lagi-lagi restu dari orang tua.

“Saya merasakan bukan cuma kontribusi dari tekad dan semangat kita sendiri, pasti ada faktor X yang membuat kita bisa pada posisi ini [President Director Adhimix PCI Indonesia sejak 2018 sampai sekarang]. Salah satunya yakni restunya orang tua,” ujar Dila.

Baca selengkapnya di Majalah Konstruksi Media Edisi Terbaru, klik link di bawah ini
https://online.fliphtml5.com/wawge/knvc/#p=1

Baca artikel selanjutnya:

Artikel Terkait

Back to top button
Chat WhatsApp