Konstruksi Media – Rumah yang indah tidak hanya dilihat dari tampak luar bangunannya saja, melainkan penggunaan materialnya. Sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca, pembangunannya harus menggunakan material ramah lingkungan, salah satunya material besutan EcoTouch.
EcoTouch didirikan pada tahun 2021 di bawah naungan PT Superbtex. Berdirinya EcoTouch berawal dari kekhawatiran para pendirinya terhadap banyaknya sampah kain (limbah tekstil) tidak layak pakai yang dibuang begitu saja dan memperburuk kualitas lingkungan.
EcoTouch berupaya dalam mengolah kembali limbah tekstil, untuk memperpanjang usia kain menjadi inovasi produk yang bisa berdaya guna dengan menerapkan ekonomi sirkular. Selain itu, EcoTouch juga menerima donasi pakaian tidak layak pakai dari masyarakat untuk diolah menjadi peredam bangungan yang ramah lingkungan.
Dalam gelaran International Furniture and Craft Fair Indonesia (IFFINA) Indonesia Meubel & Design Expo yang berlangsung di ICE BSD, Tangerang, terdapat salah satu desain mookup yang menyerupai rumah adat masyarakat Papua yakni Honai.
Brand Communications Manager EcoTouch, Agnes saat ditemui Konstruksi Media mengatakan desain ini menyerupai rumah adat Papua. Dalam mendesain ini EcoTouch bekerja sama dengan desain interior Eugenio Hendro.
“Kalau Honai (rumah adat Papua) itu menggunakan material yang ada di sekitar lingkungan seperti dinding yang terbuat dari kayu dan atapnya terbuat dari ilalang atau jerami yang tersusun rapi sehingga ramah lingkungan,” kata Agnes, sebagaimana diberitakan, Selasa, (17/09/2024).
Begitu juga dengan rumah adat Papua yang ada di pameran IFFINA ICE BSD, dinding dan atapnya terbuat dari hasil limbah produksi denim atau serat natural. Di mana hasil limbah produksi denim tersebut diolah menjadi bahan yang dapat dimanfaatkan untuk peredam ruangan.
“Biasanya peredam bangunan hanya diaplikasikan di dalam dinding, dengan ini, kami ingin membuktikan bahwa bisa digunakan diluar dinding. Dengan material yang ramah lingkungan, ini tidak bikin gatel atau alergi (dikulit),” imbuhnya.
Dia mengatakan, produksinya dikerjakan di pabrik yang berlokasi di Bandung dalam bentuk lembaran dengan ukuran 60×120 cm untuk panel dinding. Namun pihaknya juga menjual dalam bentuk roll gulungan yang dapat diaplikasikan pada plafon atap rumah dengan ukuran 25 x 1 meter.
“Sejauh ini kita banyak support ke building untuk green building, perkantoran, rumah, cafe hingga warehouse, (karena materialnya ramah lingkungan),” ujarnya.
Ada dua produk yang diproduksi oleh EcoTouch di pabriknya, satu untuk kebutuhan dinding, dan satunya untuk kebutuhan atap rumah yang dilapisi oleh alumunium foil.
“Untuk dinding memiliki ketebalan 5-10 cm, dan untuk atap plafon memiliki ketebalan 5-10 mm. Dan bisa juga di customkan produk ini,” terangnya.
Saat ini cukup banyak permintaan produk EcoTouch dari para pelanggan langsung maupun proyek. “Banyak permintaan untuk canopi rumah maupuan dinding apartemen, bahkan juga bisa diaplikasikan pada studio-studio band,” ujarnya.
Agnes mengungkapkan, dengan produk EcoTouch ini pihaknya berharap dapat menggantikan produk yang ramah lingkungan dan beralih menggunakan produk ramah lingkungan.
“Banyak produk konvensional peredam yang pada proses pembuatannya saja sudah mencemari lingkungan, kami sebagai produk yang support green building, mengolah limbah tekstil menjadi material ramah lingkungan, dan juga menghemat jejak karbon emisi. Kita sangat perhatian terhadap lingkungan dan climate change, untuk itu kita hadir untuk mengenalkan produk kami kepada semua orang untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan gunakan material yang ramah lingkungan,” bebernya.
Baca Juga :
- Kasatgas Perumahan Tegaskan Kementerian Perumahan Bakal Bangun 3 Juta Rumah
- Yayasan BUMN Luncurkan Program “Mendengar Jiwa”, Peduli Kesehatan Mental
- KAI Tingkatkan Standar Pelayanan Minimum Stasiun Jurangmangu
- ITS Boyong 4 Penghargaan Kontes Bangunan Gedung 2024
- Tok!, Jokowi Resmikan RS Hermina di IKN