Dukung Net Zero Emission, MRT Jakarta Kaji Pengembangan Energi Terbarukan untuk Sistem MRT
Kita dapat grant dari salah satu institusi (USTDA) untuk studi terkait energi terbarukan untuk suplai operasional serta langkah-langkah konservasi energi pada sistem MRT.
Konstruksi Media – MRT Jakarta tengah mengkaji pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk konstruksi pembangunan MRT Fase 2 dari kawasan Bundaran Hotel Indonesia hingga Ancol, termasuk juga MRT Fase 1 yang telah beroperasi.
Hal tersebut dikatakan oleh Head of Engineering Division MRT Jakarta, Riska Muslimah saat menjadi pembicara dalam seminar “Young Engineer Festival” agenda Conference ASEAN Federation of Engineering Organization (CAFEO), terselenggara di The Westin, Nusa Dua, Bali, Selasa (21/11/2023).
Ia mengungkapkan, saat ini perseroan tengah mengembangkan pemanfaatan tenaga matahari, di mana studinya masih berjalan.
Baca juga: Progres Pembangunan Rute Lanjutan MRT Bundaran HI-Harmoni Fase 2A CP201
“Kita dapat grant dari salah satu institusi (USTDA) untuk studi terkait energi terbarukan untuk suplai operasional serta langkah-langkah konservasi energi pada sistem MRT dan akan membangun beberapa pilot projectnya. Itu yang lagi kita coba kembangkan sekarang. Kalau untuk fisiknya sendiri memang belum ada. Harapannya bisa at least pilot project segera dimulai,” kata Riska dikutip di Bali, Kamis (23/11/2023).
Memang sejauh ini MRT Jakarta masih mengandalkan penuh pasokan energi listrik dari PT PLN (Persero). Namun, di sisi bersamaan, MRT Jakarta sudah melek dengan isu-isu yang berkaitan dengan penghematan energi.
“PLN itu juga punya paket-paketnya yang memang sumbernya itu memang sudah lebih green-lah konsepnya (Renewable Energy Certificate). Kalau untuk operasi, Kami sudah pernah membeli sertifikat tersebut sebagai bentuk komitmen awal kami mendukung Net Zero Emission,” ucapnya.
Event CAFEO ke-41 di Bali ini menjadi tempat berkumpulnya para engineer atau arsitek dari Asia Tenggara. Berkaitan dengan perkembangan green building di sektor konstruksi khususnya transportasi publik MRT Jakarta sedang berkolaborasi dengan Green Building Council Indonesia (GBCI) sebagai lembaga sertifikasi green building dalam mengembangkan rating tools GREENSHIP Transit Station untuk infrastruktur perkeretaapian di Indonesia.
Selain itu, MRT Jakarta juga tengah melakukan kajian studi Gap Analysis Green Building sebagai asesmen pada infrastruktur eksisting milik MRT dengadengan benchmarking terhadap rating tools Mass Rapid Transit System milik Indian Green Building Council (IGBC).
Baca juga: Kabar Konstruksi Proyek Fase 3 MRT Cikarang-Balaraja
Sebab, di MRT Jakarta sendiri sudah ada sustainability roadmap yang menuangkan langkah-langkah improvement green building secara bertahap, sehingga target pada tahun 2030 perseroan sudah punya minimal 3 green certification.
“Bagaimana sih scoring-nya, kriterianya, dan seterusnyabagaimana bisa kita sesuaikan dengan regulasi dan kondisi yang applicable di Indonesia. Itu yang lagi kita coba pelajari bersama konsultan. Yang sudah kita lakukan benchmark-nya itu memang ke IGBC ini,” tuturnya.
Riska pun menyinggung perihal event CAFEO ke-41 yang dinilainya, tema “Blue Economy & Green Energy” sangat relevan dengan topik yang tengah hangat diperbincangkan oleh masyarakat.
Ia pun merasa bangga dapat menjadi representasi dari MRT Jakarta, sebagai salah satu pembicara yang mengisi segmen seminar di CAFEO 41.
“Semoga ke depannya kita juga bisa terus berkontribusi menjaga network dan/ atau partnership, karena MRT juga fully support dengan agenda sustainability. Menurut saya, seminar atau aktivitas yang berkaitan dengan ini perlu di-support juga oleh pemerintah,” harapnya.
Riska berpandangan, agenda Forum Group Discussion (FGD) dan working group CAFEO ke-41 di Bali perlu disebarluaskan, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan.
“Memang tantangan kita membuat atau mengemas ini menjadi menarik, supaya mendapat lebih banyak antusiasme masyarakat,” ucap Riska Muslimah.