
Dalam disertasinya, Prihartanto juga mengkaji produktivitas, kekurangan, dampak, serta komposisi RDF terbaik. Ia menemukan bahwa komposisi RDF optimal memiliki nilai kalor 25,23 Megajoule per kilogram. Komposisi ini diperoleh dari rasio komponen plastik dengan kayu dan sampah kebun pada perbandingan 40 persen dan 60 persen.
Namun, Prihartanto juga menyoroti tantangan dalam penerapan landfill mining, seperti penggunaan listrik konvensional yang dapat berdampak negatif pada ekosistem perairan laut serta tingginya biaya teknologi ini. “Selain itu, teknologi ini masih terbilang mahal,” imbuhnya.

Sebagai solusi, Prihartanto merekomendasikan penggunaan tenaga surya sebagai sumber listrik alternatif yang lebih ramah lingkungan serta pengurangan sampah dari hulu. “Hal ini untuk mencegah penumpukan sampah di landfill yang membutuhkan teknologi mahal dalam penanganannya,” ujarnya dalam sidang promosi doktor yang berlangsung di Departemen Teknik Lingkungan ITS, Jumat (24/1).
Direktur Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dr. Novrizal ST MSi, yang menjadi penguji eksternal dalam sidang tersebut, memberikan apresiasi terhadap kajian ini. Menurutnya, penelitian ini akan membantu dalam perumusan kebijakan pengelolaan sampah ke depannya.
Di akhir, Novrizal berharap agar teknologi landfill mining dapat segera diimplementasikan di berbagai TPA di Indonesia. Ia melihat potensi besar dalam mengatasi masalah penumpukan sampah di berbagai daerah. “Dari pendekatan ini, diharapkan pula dapat menjadi bagian dari mitigasi perubahan iklim,” pungkasnya. (***)