
Konstruksi Media — Lagi-lagi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menorehkan prestasi internasional dalam Nanyang Technological University (NTU) Bridge Design Competition 2025, (13/05/2025) lalu.
Tim Baraga ITS berhasil meraih peringkat tiga mengungguli 172 tim dari berbagai negara, dengan inovasi jembatan ringan berkekuatan tinggi dan beremisi karbon rendah.
Ketua Tim Baraga Virendra Zalfa Musyaffa mengungkapkan bahwa dalam kompetisi ini peserta ditantang untuk merancang jembatan yang ringan, kokoh, serta rendah emisi karbon. Tantangan tersebut yang mendorong Tim Baraga untuk merancang Jembatan Citta Logawa dengan menggabungkan aspek teknik sipil, efisiensi material, dan prinsip keberlanjutan.
Pria yang hangat disapa Rendra itu menjelaskan, pada tahap penyisihan Tim Baraga harus merancang jembatan menggunakan perangkat lunak Bridge Designer dalam waktu 24 jam. Adapun aspek yang dinilai mencakup kekuatan struktur, efisiensi material, emisi karbon, dan estimasi biaya.
Selanjutnya, pada tahap final tim ini harus merakit jembatan sepanjang 30 sentimeter dari desain yang telah dibuat lalu dilakukan pengujian beban untuk menilai kekuatan jembatan.
Inovasi jembatan Citta Logawa terletak pada efektivitas distribusi beban terpusat yang menjadi tantangan utama dalam desain struktur. Tim Baraga menggunakan konfigurasi Warren connection yang telah terbukti paling efisien dari lebih 50 desain yang dianalisis menggunakan perangkat lunak SAP2000.

“Penggunaan material material kayu balsa dan base wood juga memiliki keunggulan untuk menekan emisi karbon,” terangnya.
Mahasiswa Departemen Teknik Sipil ITS itu mengatakan dalam mengoptimalkan aliran gaya, elemen rangka ditempatkan mendekati titik beban agar gaya langsung tersalurkan ke batang diagonal di sekitarnya, mengurangi momen pada gelagar memanjang dan meningkatkan kestabilan struktur.
“Strategi ini tidak hanya menghasilkan struktur yang tangguh, tetapi juga membuat Citta Logawa menjadi jembatan paling ringan kedua dalam kompetisi dengan bobot hanya 13 gram,” papar dia.
Dibawah bimbingan Dwi Prasetya ST MSc PhD, tim ini melewati sejumlah tahapan seleksi ketat. Jembatan Citta Logawa milik Tim Baraga dinilai sebagai salah satu jembatan paling efisien, dengan kombinasi bobot paling ringan dan kemampuan menahan beban terbesar.
“Kami sangat bersyukur bisa membawa nama ITS di kancah internasional,” ucap Rendra.
Bersama kedua rekannya Moch Choirul Akbar Majid dan Yoga Prasetya Effendi, Rendra berharap keberhasilan ini juga mencerminkan komitmen Tim Baraga terhadap SDGs poin ke-9 yang mengedepankan industri, inovasi, dan infrastruktur.
Keikutsertaan Tim Baraga dalam kompetisi ini tidak hanya menambah prestasi, tetapi juga berkontribusi dalam memajukan prinsip keberlanjutan di bidang teknik sipil.