Konstruksi Media – Chairman PT Katup Industri Indonesia, Jacob Mailoa, tidak pernah menyangka perjalanannya sebagai distributor valve di tahun 1990-an akan membawanya menjadi pemilik dua pabrik strategis di industri nasional. Kini, ia mengelola satu pabrik Valve untuk sektor infrastruktur minyak dan gas bumi (migas) melalui PT Katup Industri Indonesia, dan satu lagi untuk sektor elektrikal lewat PT Powertek Indo Asia, perusahaan yang memegang lisensi Siemens untuk produksi switchgear dan panel listrik.
“Awalnya hanya ingin bisa bertahan sebagai agen. Tapi langkah kecil itu membawa kami pada keputusan-keputusan besar,” ujar Jacob sata berbincang dengan Majalah Konstruksi Media, di pabriknya di Kawasan Cikarang, Jawa Barat.
Kedua pabrik tersebut bukan sekadar fasilitas produksi, tetapi simbol dari keberanian Jacob dalam menembus sekat ketergantungan impor dan membangun kompetensi manufaktur dalam negeri. Di tengah tantangan regulasi dan keterbatasan ekosistem, ia memilih jalan panjang membangun dari bawah, berkolaborasi dengan brand internasional, dan fokus pada transfer teknologi.

Hasilnya, dua sektor strategis migas dan kelistrikan kini punya tumpuan baru yang tumbuh dari tangan seorang industrialis yang tak pernah berhenti bermimpi. Dia tidak serta-merta membuka pabrik. Keputusan membentuk PT Katup Industri Indonesia pada 2021 lalu merupakan buah dari perenungan panjang dan strategi matang.
Setelah lebih dari dua dekade menjadi pemain utama dalam perdagangan valve melalui [PT Contromatik Prima Mandiri], ia menyadari bahwa industri nasional tidak akan bisa tumbuh berkelanjutan jika hanya bergantung pada impor.
“Kalau hanya jadi distributor, kita tidak pernah jadi tuan rumah. Kita harus punya basis manufaktur sendiri,” terang Jacob.

Namun, membangun pabrik valve bukan pekerjaan mudah. Valve adalah produk teknis dengan standar tinggi, terutama untuk aplikasi di industri migas dan pembangkit. Salah spesifikasi bisa berakibat fatal.
Jacob mengambil pendekatan berbeda. Ia membentuk strategic alliance dengan brand internasional berbasis Eropa. JC Spain, Valland dari Italia, hingga Carraro untuk Pressure RegulatorValve menjadi mitra teknologi transfer. Melalui skema license agreement, PT Katup Industri Indonesia mendapat transfer teknologi sekaligus pengakuan kualitas dari awal.
Kualitas Nomor Satu, TKDN sebagai Jalan Tengah
Dalam membangun basis manufaktur, Jacob Mailoa punya prinsip yang tak bisa ditawar, kualitas harus menjadi prioritas mutlak. Ia menolak mentoleransi pandangan bahwa produk lokal hanya layak di kelas dua.
Karena itu, pabrik yang dibangunnya bukan sekadar fasilitas perakitan, melainkan di dalamnya tertanam investasi besar untuk menghadirkan mesin CNC berpresisi tinggi, sistem sandblasting untuk kebersihan permukaan, painting booth yang terstandarisasi, hingga test bench yang mampu menguji performa valve sesuai spesifikasi industri berat seperti migas dan pembangkit listrik.
Namun, semangat membangun itu tak selalu berjalan mulus. Di tengah upaya memperkuat rantai manufaktur dalam negeri, Jacob justru harus berjibaku dengan tantangan regulasi, khususnya yang berkaitan dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Ia sangat mendukung semangat nasionalisme yang mendorong tumbuhnya industri lokal, tapi menurutnya, pendekatan yang diambil pemerintah selama ini terlalu seragam dan kurang mempertimbangkan realitas teknis tiap jenis produk.
“Setiap produk punya supply chain dan tantangan sendiri. Misalnya, kabel bisa mencapai 90% TKDN karena bahan bakunya seperti tembaga tersedia di Indonesia. Tapi kalau valve, kami masih harus mengimpor casting dan forging karena belum ada foundry lokal yang mampu memenuhi standar teknis dan volume yang dibutuhkan,” kata Jacob.

Hal ini membuat industri seperti miliknya kesulitan mengejar persentase TKDN tinggi, meski sudah melakukan investasi besar di sisi proses dan teknologi. Atas dasar itu, Jacob mengusulkan agar skema penilaian TKDN lebih realistis dan berbasis pada struktur ekosistem masing-masing produk. Penilaiannya tidak semata-mata dari bahan baku, tetapi juga perlu mencakup investasi fasilitas produksi, kontribusi tenaga kerja lokal, dan pengembangan teknologi di dalam negeri.
“Kita jangan pakai kacamata kuda. Kalau pendekatannya tidak fleksibel, justru akan membuat industri dalam negeri jalan di tempat,” ungkapnya menuturkan.
Menurut Jacob, jika Indonesia ingin naik kelas sebagai negara industri, maka fleksibilitas dan dukungan pada industri perintis seperti valve harus diperkuat.
“Kita ini sedang membangun. Kita butuh waktu dan kepercayaan. Jangan patahkan semangat pelaku industri yang sudah berani ambil risiko untuk bangun manufaktur dalam negeri,” imbuhnya mengungkapkan.
Bagi Jacob, memperkuat kualitas produk lokal bukan sekadar soal bisnis, ini adalah bagian dari misi jangka panjang untuk membawa Indonesia keluar dari ketergantungan teknologi luar negeri.
Note: Naskah ini sudah tayang di majalah Konstruksi Media Edisi XVIII/2025, untuk lebih detailnya silahkan klik link berikut.. https://online.anyflip.com/nwzpn/tnze/mobile/index.html
