Konstruksi Media, Jakarta – Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) mengatakan, prospek pasar petrokimia masih cukup menantang pada tahun 2024. Menurut dia, setidaknya ada dua faktor utama yang mempengaruhi industri petrokimia saat ini.
Pertama, harga bahan baku, yakni minyak mentah memang turun. Namun, spread margin dari produk petrokimia dipengaruhi oleh konflik geopolitik yang masih berlangsung, sehingga berdampak pada kondisi supply dan demand. Kedua, pertumbuhan ekonomi China yang memegang peranan penting di industri petrokimia global.
Baca juga: PP Properti Ajak Voltron Sediakan Charging Station di Beberapa Titik Proyek
Terlepas dari dinamika pasar petrokimia, kata dia, TPIA memiliki komitmen untuk melanjutkan rencana pengembangan, khususnya pembangunan pabrik chlor-alkali dan ethylene dichloride (pabrik CA-EDC) terintegrasi berskala dunia. Di bidang energi, dipastikan proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung di Waduk Krenceng.
“Semua ini, termasuk merger and acquisition (M&A) kami percaya diri untuk dijalankan. TPIA memiliki cash yang likuid untuk pengembangan usaha, sekitar US$ 2 miliar,” kata Suryandi mengutip kontan, Kamis (11/1/2024).
Nantinya, Pabrik CA-EDC nantinya dioperasikan oleh anak usaha Chandra Asri Perkasa (CAP) 2, yakni PT Chandra Asri Alkali. Pabrik ini akan memproduksi 500.000 metrik ton ethylene dichloride per tahun serta lebih dari 400.000 metrik ton caustic soda per tahun. Kehadiran pabrik CA-EDC diharapkan dapat membantu kekurangan bahan baku di Asia Tenggara.
Baca juga: Pengembangan Sampah Plastik sebagai Bahan Konstruksi Berkelanjutan di Aceh
Anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) tersebut menyiapkan belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai US$ 400 juta tahun ini. Mayoritas dari capex atau mencapai US$ 300 juta akan digunakan untuk Pembangunan pabrik CA-EDC.
“Ini menunjukkan keseriusan kami melaksanakan proyek tersebut. Proyek ini memakan waktu 26 bulan sampai 28 bulan untuk selesai,” ujarnya.