
Konstruksi Media – Ketua Badan Kejuruan Sipil Persatuan Insinyur Indonesia (BK Sipil PII), Ir. Habibie Razak, menegaskan pentingnya transformasi profesi insinyur sipil menghadapi tantangan masa depan dalam pelantikan 254 pengurus pusat BK Sipil masa bakti 2025–2028 sekaligus Seminar Nasional bertema “Future-Ready Civil Engineering: Transformasi Infrastruktur yang Berkelanjutan dan Resilien” di Hotel Artotel, Sabtu (9/8/2025).
Dalam sambutannya, Habibie Razak menyampaikan rasa syukur atas kesempatan berkumpul di tengah semangat perubahan besar di sektor teknik sipil. Ia mengingatkan bahwa profesi insinyur sipil kini tidak bisa lagi hanya mengandalkan cara-cara lama karena dihadapkan pada tantangan serius seperti perubahan iklim ekstrem, urbanisasi cepat, disrupsi teknologi digital, serta tuntutan pembangunan yang adil dan berkelanjutan.
“Future-Ready Civil Engineering adalah seruan bagi kita semua untuk bertransformasi dari sekadar fokus kekuatan struktur menjadi insinyur yang mengintegrasikan keberlanjutan dan teknologi digital seperti BIM, digital twin, serta kecerdasan buatan,” ujar Habibie.

Ia juga menegaskan bahwa sektor konstruksi menyumbang sekitar 37 persen emisi karbon global. Oleh karena itu, insinyur sipil memegang peranan strategis dalam menurunkan jejak karbon melalui pemilihan material rendah karbon, desain struktur efisien, dan penerapan prinsip ekonomi sirkular serta infrastruktur berbasis alam seperti restorasi mangrove.
“Indonesia telah menargetkan Net Zero Emission pada 2060, dan ini tidak mungkin tercapai tanpa kontribusi besar dari sektor konstruksi dan para insinyur sipil,” tegas Habibie.
Baca juga: BK Sipil PII Dorong Insinyur Indonesia “Future Ready” untuk Transformasi Infrastruktur Berkelanjutan
Seminar ini menghadirkan sejumlah narasumber ahli, antara lain Tan Wooi Leong dari Singapura yang berbagi pengalaman pengembangan PLTS terapung di Indonesia, Ir. Verly dari Wika Beton yang memaparkan inovasi beton rendah karbon dengan sertifikasi Environmental Product Declaration (EPD), dan Ir. Stanley dari First Resources yang menjelaskan dekarbonisasi di industri kelapa sawit. Selain itu, Prof. Dr. Ir. Andreas membahas skema green financing untuk pembangunan infrastruktur berkelanjutan di Tanah Air.
Habibie menekankan bahwa transformasi besar ini tidak dapat dicapai secara parsial. “Kita butuh kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, akademisi, industri, dan masyarakat untuk membangun ekosistem pembangunan yang saling menguatkan,” katanya.

Ia menambahkan, melalui BK Sipil PII, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan kompetensi insinyur sipil Indonesia, mendorong sinergi antar pemangku kepentingan, serta memperkuat peran teknik sipil dalam kebijakan publik khususnya terkait keberlanjutan dan ketahanan infrastruktur.
“Mari buktikan bahwa insinyur sipil bukan hanya pembuat gambar dan perhitungan, tetapi pembentuk peradaban dan harapan masa depan,” tutup Habibie.
Acara pelantikan dan seminar ini diharapkan menjadi momentum lahirnya gagasan, jejaring, dan inspirasi baru untuk mendukung pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan dan tahan bencana di Indonesia. (***)