
“Sebelum Bendungan Rukoh, sudah ada bendung eksisting yang melayani lahan pertanian, tetapi bendungan ini menambah suplai air. IP sebelumnya hanya 191% dan mampu mendukung dua musim tanam. Dengan bendungan ini, IP meningkat menjadi 300%, memungkinkan tiga musim tanam setiap tahun,” terang Adenan.
Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I, Heru Setiawan, menambahkan bahwa Bendungan ini memiliki kapasitas tampung sebesar 128 juta m3 dengan luas genangan 687 hektare. “Pemanfaatan Bendungan Rukoh sejalan dengan Asta Cita Pemerintah Indonesia, yaitu untuk memperkuat ketahanan pangan, energi, dan air,” tambahnya.

Heru juga menjelaskan bahwa pembangunan Bendungan ini dilakukan bertahap sejak 2018 hingga 2024 dengan total anggaran sebesar Rp1,7 triliun, terbagi dalam dua paket pekerjaan. Paket 1 dilaksanakan oleh PT Nindya Karya (Persero) untuk pekerjaan Spillway, sedangkan Paket 2 dilaksanakan oleh konsorsium PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Andesmont Sakti (KSO) untuk pembangunan tubuh bendungan dan bangunan pengelak.
Turut hadir mendampingi Wamen Diana dalam kunjungan ini, Direktur Jenderal Cipta Karya Dewi Chomistriana, Kepala BPJN Aceh Heri Yugiantoro, Kepala BPPW Aceh Deni Arditya, Kepala BP2JK Aceh Kamsiah Tarigan, dan Kepala BJKW I Aceh Indra Suhada. (***)