Air

Bendung Cikeusik Berusia Lebih 100 Tahun, Basuki: Penting Untuk Pertanian

Konstruksi Media – Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, Rehabilitasi Bendung Cikeusik dilakukan untuk mengembalikan kemampuan layanan pengairan daerah irigasi sehingga meningkatkan kesejahteraan petani di Kuningan, Jawa Barat.

Hal itu dikatakan Basuki saat meninjau pekerjaan rehabilitasi Bendung yang berada di Desa Legok Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan, Selasa (31/8) kemarin. 

Menurut Basuki, Bendung yang telah berusia lebih dari 100 tahun tersebut memiliki peranan penting untuk masyarakat dalam pertanian sejak zaman kolonial Belanda. “Untuk itu diperhatikan kualitasnya. Kerjakan yang benar, kualitas jangan dikurangi. Karena ini infrastruktur air untuk irigasi penting buat masyarakat. Apalagi ini umurnya sudah 100 tahun lebih,” ujar Basuki dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (1/9/2021).

Lebih lanjut Basuki menginstruksikan agar mempercepat pengerjaan dengan menambah jumlah pekerja untuk mengantisipasi adanya hujan deras.  “Tambah orang untuk pekerjanya agar lebih cepat selesainya mengantisipasi datangnya musim hujan dan risiko banjir,” katanya.

Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung Ditjen SDA Kementerian PUPR Ismail Widadi mengatakan, Bendung Cikeusik merupakan salah satu bendung tertua di Indonesia yang dibangun Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1890.

“Bendung ini melengkapi daerah irigasi Cikeusik yang telah beroperasi beberapa tahun sebelumnya pada 1884. Dengan usia lebih dari 100 tahun tentu banyak terjadi kerusakan pada tubuh bendung maupun saluran irigasinya. Kegiatan rehabilitasi besar satu-satunya yang pernah dilakukan pada tahun 1978 lalu,” ungkap Ismail.

Selanjutnya, sejak tahun 2012, kata Ismail, dilaksanakan pemeliharaan rutin dan berkala bendung yang dilaksanakan BBWS Cimanuk-Cisanggarung, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR.

“Kemudian pada tahun 2020 kami memulai rehabilitasi Bendung Cikeusik, yang diharapkan dapat mengoptimalkan layanan sesuai kapasitas awal seluas 6.899 ha dengan catatan tidak ada alih fungsi lahan sawah. Namun saat ini di lapangan tercatat bendung ini melayani daerah irigasi seluas 6.178 ha,” tuturnya.

Ismail mengatakan, hingga saat ini progres fisik Bendung tersebur sudah 79,55%, dengan target rampung pada November 2021 sesuai kontrak senilai Rp33,16 miliar yang dilaksanakan kontraktor PT Karya Kita Putra Pertiwi. “Rehabilitasi terutama pada tubuh bendung, Kolam Olak, sayap hulu sayap hilir, perkuatan tanggul, perbaikan lantai jembatan dan perbaikan lanskap agar lebih indah. Tahun berikutnya akan dilanjutkan perbaikan saluran-saluran primer, sekunder, dan tersier,” pungkasnya.

Turut hadir dalam tinjauan tersebut Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko, Staf Ahli Menteri PUPR Bidang Teknologi, Industri, dan Lingkungan. Endra S. Atmawidjaja, dan Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) DKI Jakarta-Jawa Barat Kementerian PUPR Wilan Oktavian.***

Artikel Terkait

Leave a Reply

Back to top button