Barata, INKA dan VKTR Sepakat Kembangkan Komponen Kendaraan Listrik
Ketiga perusahaan sepakat berkolaborasi mengembangkan komponen kendaraan listrik, guna menciptakan ekosistem industri komponen kendaraan listrik.
Konstruksi Media – PT Barata Indonesia (Persero) bersama dengan PT Industri Kereta Api (Persero) alias INKA dan PT VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR) sepakat akan melakukan kerja sama pengembangan dan pembuatan komponen otomotif berbasis kendaraan listrik.
Kesepakatan tersebut tertuang dalam Head of Agreement (HoA) yang ditandatangani oleh Direktur Keuangan PT INKA Andy Budiman, Direktur Utama VKTR Gilarsi W. Setijono, dan Direktur Pemasaran PT Barata Indonesia ( Persero) Sulistyo Handoko.
Dalam penandatanganan HoA tersebut disaksikan langsung oleh Wakil Menteri II Kementerian BUMN Kartika Wirjoatmodjo.
Dalam sambutannya, Direktur Keuangan INKA, Andy Budiman mengungkapkan, ketiga perusahaan sepakat berkolaborasi mengembangkan komponen otomotif terutama untuk kendaraan listrik dalam rangka menciptakan ekosistem industri komponen kendaraan listrik.

Ruang lingkup kerja sama ketiga perusahaan tersebut meliputi, pengembangan komponen otomotif terutama untuk kendaraan listrik, pengujian performansi dan durability komponen otomotif hasil pengembangan bersama serta implementasi komponen hasil pengembangan dalam kendaraan listrik.
“Tahap pertama kolaborasinya akan diimplementasikan pada transportasi bus listrik yang dibuat oleh PT INKA,” jelas Andy dalam keterangannya, Jumat (16/9/2022).
Baca Juga : Gandeng Hyundai Kefico, PLN Perkuat Ekosistem Kendaraan Listrik
Dikatakan olehnya, INKA dalam upayanya mendukung Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle).
Untuk diketahui, saat ini Perseroan tengah memproduksi 53 unit bus listrik, dimana 30 unit di antaranya akan digunakan untuk transportasi KTT G-20 dan setelah KTT G-20 akan dioperasikan semuanya oleh Perum DAMRI di Bandung dan Surabaya.
“TKDN pada bus listrik generasi pertamanya, PT INKA (Persero) sudah mencapai 42% dan pada tahun ini telah mencapai 60% TKDN dan selanjutnya sedang ditingkatkan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi yang mengikutsertakan industri lokal dalam pembuatan bus listrik,” papar Andy.
Sementara, Direktur Pemasaran PT Barata Indonesia Sulistyo Handoko, menyambut positif kerja sama tersebut.
Sebagai perusahaan manufaktur nasional, kata dia, Barata Indonesia memiliki kapasitas manufaktur dengan kelengkapan infrastuktur di berbagai industri.

Selain itu, pihaknya sangat mendukung kebutuhan industri transportasi nasional dengan TKDN yang tinggi. Kolaborasi ini juga dinilai akan menciptakan produk subtitusi impor.
“Kami terus berinovasi dalam pengembangan kompetensi produk casting untuk menghasilkan berbagai jenis produk komponen industri yang berdaya saing dan bisa mensubtitusi komponen impor. Kami menyambut baik kolaborasi ini tidak hanya menghadirkan manfaat bagi bisnis, tapi juga berkontribusi terhadap kemajuan industri manufaktur nasional,” ujar Sulistyo.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama VKTR, Gilarsi W. Setijono mengatakan tujuan dibentuknya kerja sama strategis ini, salah satunya untuk mewujudkan ekosistem transportasi berbasis listrik dengan memadukan kompetensi serta sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak.
“Kerja bareng kami difokuskan pada 4 hal, yakni riset dan pengembangan, co-manufacture, repower atau konversi kendaraan konvensional menjadi listrik, dan pengembangan ekosistem yang berkelanjutan (sustainable ecosystem),” imbuhnya.
Kemudian, lanjutnya, dalam hal riset dan pengembangan, para pihak terbuka untuk berkolaborasi dengan perusahaan atau universitas baik yang telah bekerjasama dengan INKA maupun VKTR. Para pihak juga secara bersama-sama menjadi manufaktur (co-manufacture) mulai dari bentuk proses desain hingga manufaktur komponen-komponen mekanik maupun elektronik untuk transportasi listrik.
Menurutnya, dalam hal konversi kendaraan konvensional menjadi kendaraan listrik, kerja sama akan dilaksanakan dalam hal proses konversi serta desain dan manufaktur komponen-komponen yang dibutuhkan.
“Dalam hal pengembangan ekosistem berkelanjutan, kerja sama akan dilaksanakan dalam bentuk pengadaan transportasi berbasis listrik yang lebih ramah lingkungan untuk sejumlah destinasi wisata. Target utama kami antara lain area Sarangan, Bromo, Borobudur dan Dieng,” tutup Gilarsi.
Baca Artikel Selanjutnya :