Konstruksi Media — Asosiasi Coating Indonesia (Ascoatindo) menjalin pertemuan strategis dengan panitia Pacific Coating Show (PCS) melalui Zoom meeting pada Kamis (16/10). Pertemuan ini dihadiri oleh Ketua Ascoatindo Aditianto Ramelan, Senior Professional Coating Adiwan Djohanlie, Sekretaris Jenderal Ascoatindo Harryawan, dan anggota William Harrison. Sementara itu, pihak PCS diwakili oleh Annisa Novalia dan Shemi.
Pertemuan tersebut membahas perkembangan industri coating di Indonesia serta pentingnya kehadiran Pacific Coating Show dalam mendorong peningkatan kapabilitas sumber daya manusia dan daya saing industri nasional.
Sejak berdiri pada tahun 2006, Ascoatindo bersama PT Corrosion Care Indonesia telah berperan aktif sebagai lembaga pelatihan dan konsultasi, serta Lembaga Sertifikasi Profesi Coating Indonesia di bawah lisensi Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP). Melalui berbagai inisiatifnya, Ascoatindo terus berupaya memperkuat kapasitas dan kapabilitas industri coating dalam negeri agar mampu bersaing secara global.
Korosi Jadi Tantangan Utama Industri
Dalam pertemuan tersebut, Aditianto menjelaskan bahwa sektor industri, transportasi, dan konstruksi di Indonesia sangat bergantung pada penggunaan material baja. Meskipun baja memiliki kekuatan tinggi, material ini sangat rentan terhadap korosi — fenomena yang menimbulkan kerugian hingga 3–5 persen dari Gross National Product (GNP).
“Dengan kondisi geografis Indonesia yang 70 persen wilayahnya merupakan laut, risiko korosi menjadi sangat tinggi. Karena itu, pengendalian korosi melalui metode coating menjadi sangat penting dan potensial untuk terus dikembangkan,” ujarnya.
Industri Coating: Dari Proteksi hingga Estetika
Coating atau pelapisan logam berfungsi tidak hanya sebagai proteksi terhadap korosi, tetapi juga memiliki nilai dekoratif dan tujuan khusus lainnya. Industri ini mencakup berbagai sektor mulai dari facility owner dan coating applicator, hingga produsen cat (paint manufacturer) dan penyedia peralatan pendukung.
Sebelum pandemi Covid-19, industri coating nasional menunjukkan pertumbuhan pesat. Namun, pada masa pandemi terjadi penurunan sekitar 10 persen. Kini, pascapandemi, pertumbuhan mulai stabil di kisaran 4–5 persen. “Kami optimistis kebijakan ekonomi baru akan kembali menstimulasi pertumbuhan industri coating nasional,” ujar Adiwan Djohanlie.
Ketergantungan Impor dan Tantangan Bahan Baku
Salah satu isu yang disorot adalah tingginya ketergantungan terhadap bahan baku impor, terutama pigmen dan bahan kimia utama yang belum dapat diproduksi secara luas di dalam negeri. Industri cat untuk segmen otomotif, marine, dan offshore bahkan masih didominasi produk impor.
Hal ini menjadi salah satu alasan pentingnya kolaborasi dan edukasi lintas sektor melalui ajang seperti Pacific Coating Show.
Pacific Coating Show: Sinergi Edukasi dan Komersialisasi
Kegiatan Pacific Coating Show diharapkan menjadi platform strategis yang menggabungkan unsur edukasi dan komersialisasi. Melalui seminar interaktif, pelaku industri dapat memperdalam pemahaman tentang teknik aplikasi coating yang sesuai dengan standar praktik, sementara pameran produk membuka peluang bisnis baru antara pemasok dan pengguna.
“Teknik aplikasi yang tepat sama pentingnya dengan kualitas materialnya. Tanpa penerapan yang sesuai standar, coating tidak akan memberikan proteksi maksimal,” tegas Harryawan.
Ascoatindo sendiri telah menyiapkan berbagai upaya penguatan SDM melalui penyusunan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI), pelatihan dan sertifikasi bidang aplikasi coating, serta penerbitan majalah Coating & Maintenance sebagai sarana edukasi berkelanjutan.
Meningkatkan Sinergi dan Daya Saing
Melalui kolaborasi dengan Pacific Coating Show, Ascoatindo berharap dapat memperkuat dua pilar penting: komersialisasi industri melalui pertemuan supply-demand, serta edukasi publik tentang pentingnya aplikasi coating yang benar.
“Dengan pameran seperti PCS, kami ingin mengedukasi industri dan masyarakat bahwa pelapisan yang tepat bukan sekadar estetika, tapi investasi perlindungan jangka panjang bagi aset bangsa,” tutup Aditianto Ramelan. (***)
