
ARCH:ID 2025 Resmi Dibuka, Arsitek Didorong Jadi Agen Perubahan Bangunan Hijau Menuju Pembangunan Berkelanjutan
Pentingnya penerapan Bangunan Gedung Hijau (BGH) dan Bangunan Gedung Cerdas (BGC) sebagai bagian dari komitmen menuju pembangunan berkelanjutan dan pengurangan emisi karbon.
Konstruksi Media – Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU), Diana Kusumastuti, secara resmi membuka forum dan pameran arsitektur ARCH:ID 2025 di Hall 5–7 Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan. Dalam sambutannya, Wamen Diana menekankan pentingnya penerapan Bangunan Gedung Hijau (BGH) dan Bangunan Gedung Cerdas (BGC) sebagai bagian dari komitmen menuju pembangunan berkelanjutan dan pengurangan emisi karbon.
“Di tengah krisis iklim dan disrupsi teknologi, arsitektur berperan penting dalam mereduksi emisi karbon di sektor bangunan,” ujar Wamen Diana.
Ia menambahkan bahwa implementasi BGH dan BGC bisa didorong melalui pemanfaatan energi bersih, teknologi Building Information Modelling (BIM), inovasi material lokal, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia agar arsitek dapat merancang secara sadar dan bertanggung jawab.

Prinsip BGH dan BGC sendiri mengedepankan pendekatan reduce, reuse, recycle serta siklus hidup bangunan demi mencapai target net zero emission pada tahun 2060. Desain pasif dan sistem aktif yang efisien dipadukan dengan teknologi BIM untuk menganalisis beban energi secara presisi dalam menciptakan konstruksi yang berkelanjutan.
Baca juga : Knauf Indonesia Edukasi Desain Ramah Lingkungan dan Keberlanjutan di ARCH:ID 2025
ARCH:ID 2025 merupakan penyelenggaraan kelima dari ajang hasil kolaborasi antara Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) dan PT CIS Exhibition. Mengusung tema “Performative Archipelagos”, forum ini merayakan keberagaman budaya serta kekayaan sumber daya lokal Indonesia, mulai dari bahan tradisional hingga keterampilan arsitektural, yang diolah dalam konteks arsitektur performatif dan inovatif.
Tahun ini, ARCH:ID digelar di ruang pameran seluas 13.000 meter persegi, meningkat 53% dari tahun sebelumnya. Sebanyak 550 stan dari hampir 150 perusahaan lokal dan internasional menampilkan produk dan solusi arsitektur terkini. Tak hanya itu, acara ini juga menyuguhkan 25 stan pilihan, 7 pameran unggulan, dan 3 instalasi arsitektur berskala besar.
Rangkaian program ARCH:ID 2025 meliputi 6 konferensi internasional dengan 10 pembicara dari 6 negara, serta 80 sesi talk series yang melibatkan lebih dari 200 pembicara. Selain itu, terdapat berbagai program tambahan seperti Hackathon, Student Competition & Exhibition, Business Matching, serta ajang penghargaan Sustainable Construction Material Awards (SCMA).

Salah satu instalasi ikonik dalam pameran ini adalah “Jembatan Khatulistiwa”, yang merepresentasikan elemen Kepala, Tubuh, dan Dasar sebagai pusat perhatian, penghubung, dan pembangkit ruang publik. Kolaborasi lintas perusahaan seperti ATEJA, Tatalogam, GRC, ASAKI, dan lainnya mewujudkan instalasi ini sebagai yang terbesar dalam sejarah ARCH:ID.
Baca juga: Propan Hadir di ARCH:ID 2025, Pamerkan Produk Ramah Lingkungan
Tak kalah menarik, Paviliun SALING X SILANG menampilkan karya “Pusaran” dari Hadiprana Design Consultant bersama Arah Arsitektur dan Studio Hendro Hadinata. Paviliun ini menjadi ruang inkubasi kreatif yang mendorong dialog dan eksplorasi lintas disiplin.
Program Director ARCH:ID 2025, Firman S. Herwanto, menargetkan 25.000 pengunjung tahun ini, naik dari capaian 22.300 pengunjung pada 2024. Ia menyebut pameran ini sebagai wadah interaksi antara pelaku industri, arsitek, dan masyarakat untuk memperkuat posisi arsitektur sebagai solusi atas tantangan iklim dan sosial.
Sementara itu, Presiden IAI Georgius Budi Yulianto menyampaikan bahwa karya arsitektur Indonesia kini semakin diakui dunia internasional karena keberaniannya menggabungkan desain lokal dengan inovasi global. “Di ARCH:ID 2025, kami merayakan kehadiran penting arsitek sebagai agen transformasi di Nusantara ini,” tutupnya. (***)