Konstruksi Media – PT Amman Mineral Internasional menanamkan investasi proyek smelter serta infrastruktur pendukungnya berupa ekspansi fasilitas produksi dan pembangkit listrik tenaga gas senilai US$3,1 miliar atau setara Rp45,6 triliun.
Presiden Direktur Amman Mineral Internasional Alexander Ramlie mengatakan, tiga proyek perseroan saling berkaitan. Ekspansi fasilitas produksi menunjang kebutuhan smelter. Sedangkan pembangkit listrik tenaga gas memenuhi kebutuhan smelter dan fasilitas produksi.
“Kalau ditanya keseriusan bangun smelter, ya seriuslah. Capex untuk power plant US$ 500 juta, ekspansi processing plant US$ 1,6 miliar, dan smelter US$ 1 miliar,” kata Alexander di Jakarta, belum lama ini.
Ia mengatakan, ekspansi fasilitas produksi mampu meningkatkan konsentrat tembaga dari 120 ribu ton per hari menjadi 250 ribu ton per hari. Sedangkan daya listrik dari pembangkit tenaga gas mencapai 450 megawatt.
Baca juga: PLTS Nusa Penida Konsisten Pasok Energi Bersih Kelistrikan di Bali
Selama ini, kata dia, kebutuhan listrik disuplai dari pembangkit listrik bertenaga batu bara serta BBM atau diesel. Namun, karena perusahaan berkomitmen untuk mengurangi emisi, maka penggunaan batu bara serta BBM dipastikan akan dikurangi.
Alexander mengatakan, Amman akan membangun pembangkit listrik bertenaga gas atau gas power plant yang membutuhkan dana sebesar US$500 juta. Pasalnya, lokasi tambang dan smelter berada di daerah terpencil, sehingga jauh dari pasokan PLN.
“Smelter tembaga berkapasitas 900 ribu ton konsentrat tembaga. Progres smelter Januari kemarin sudah melebihi 52%. Sekarang semua sedang berjalan pembangunannya dan tahun depan mulai beroperasi,” terangnya.
Ia mengatakan, proyek smelter mulai dikerjakan sejak 2019. Namun, Pandemi Covid-19 membuat proyek terhambat. Kebijakan pembatasan (lockdown) membuat tenaga ahli maupun material dari luar negeri sulit masuk ke Indonesia. Menurut dia, kontraktor smelter dari Tiongkok memiliki pengalaman mumpuni. Namun, untuk teknologi smelter, menggunakan outotec.
“Feasibility study dan FEED distop semua menunggu sekitar 1-1,5 tahun. Saat lockdown masih ada yang dikerjakan, tapi tidak efisien karena lewat zoom,” ujarnya.
Baca artikel selanjutnya:
- Antasena ITS Sukses Raih Gelar Juara di SEM 2025
- BTN Apresiasi Inovasi dan Kolaborasi di Sektor Perumahan Melalui BTN Awards 2025
- Tingkatkan Layanan Sanitasi di Kota Jambi, Kementerian PU Selesaikan Sistem Pengolahan Air Limbah untuk 10.300 Sambungan Rumah
- Penyerahan Mesin Pencacah Sampah dengan Bio-Composer di Desa Warnasari, Pangalengan