Konstruksi Media — Di tengah tren pembangunan gedung yang semakin ramah lingkungan, salah satu material yang terus eksis sejak lama adalah Alucobond. Meski baru terdengar asing bagi sebagian masyarakat, produk ini ternyata telah hadir di Indonesia lebih dari tiga dekade.
“Alucobond itu sebenarnya bukan produk baru. Di Indonesia, kami sudah ada sekitar 35 tahun lebih,” ujar Country Manager PT Alucobond Far East Indonesia, Hendry Limanto Halim, saat berbincang dengan Konstruksi Media dalam gelaran Council on Toll Building and Urban Habitat (CTBUH) di Menara Astra Jakarta, Kamis, (10/07/2025).
Material ini biasa digunakan sebagai pelapis fasad bangunan, khususnya pada gedung-gedung tinggi yang mulai marak dibangun sejak awal 1990-an. Seiring waktu, Alucobond pun terus berinovasi mengikuti tuntutan era keberlanjutan.
“Dari awal Indonesia mulai banyak membangun gedung tinggi, Alucobond sudah hadir. Dan sekarang, produk ini sudah punya beberapa turunan yang lebih ramah lingkungan, baik dari sisi bahan dasar maupun proses produksinya,” imbuhnya.
Salah satu keunggulan utama dari Alucobond adalah daya tahannya terhadap cuaca ekstrem serta kemampuannya memantulkan panas, yang pada akhirnya dapat mengurangi beban pendinginan dalam bangunan.
Tak hanya itu, material ini juga memiliki bobot ringan namun kuat, menjadikannya pilihan ideal untuk proyek-proyek dengan pertimbangan efisiensi energi dan estetika modern.
Alucobond pun kini mulai dipromosikan sebagai bagian dari solusi eco-friendly dalam industri konstruksi, khususnya dalam mendukung target pengurangan emisi karbon dan pencapaian bangunan bersertifikasi hijau.
“Kalau bicara soal sustainable architecture, kami siap menjawab kebutuhan itu. Bahan baku kami juga sudah mulai menggunakan campuran daur ulang dan proses produksinya lebih hemat energi,” ungkap Hendry.
Dengan rekam jejak lebih dari 35 tahun, Alucobond membuktikan bahwa inovasi dan keberlanjutan bukan hanya jargon, melainkan bagian dari perjalanan panjang sebuah produk konstruksi di pasar Indonesia.
