
Konstruksi Media — Agustin Peranginangin resmi menyatakan dirinya siap maju sebagai calon Ketua Umum Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA-ITB) untuk periode 2025–2029. Dalam kontestasi yang akan digelar pada 28 Juni 2025 di Bandung, Agustin membawa semangat silaturahmi dan gagasan besar tentang pemberdayaan alumni melalui kolaborasi lintas generasi dan lintas sektor.
“Saya maju karena panggilan untuk terus bersilaturahmi dan berbagi gagasan. Kontestasi ini bukan soal siapa menang, siapa kalah. Ini forum silaturahmi, tempat kita mengusulkan pandangan untuk memajukan IA-ITB,” ujar Agustin dalam pernyataannya.
Visi dan Misi: Sinergi, Pemberdayaan, Kepedulian
Agustin menegaskan bahwa visi IA-ITB sebagaimana tertuang dalam AD/ART sudah sangat jelas yakni memperkuat sinergi antaralumni dan mendorong kontribusi nyata dalam pembangunan nasional melalui sains, teknologi, seni, dan kemanusiaan. Namun untuk menjawab tantangan baru, ia menawarkan strategi bertajuk Ganesha Circle, Booster, dan Care.
“Pertama, kita perlu membangun kembali basis data keanggotaan secara menyeluruh: bukan hanya nama dan kontak, tapi juga keahlian, industri tempat mereka berkarya, hingga produk-produk alumni. Inilah Ganesha Circle,” kata Agustin.
Selanjutnya, alumni akan saling menguatkan dalam klaster Ganesha Booster—melalui mentorship, kolaborasi bisnis, dan pertukaran pengetahuan antar generasi. Jika ini berhasil, akan lahir klaster Ganesha Care yang mewadahi kepedulian alumni terhadap sesama, terhadap kampus, dan terhadap bangsa.
“Kalau trust sudah terbentuk, baru bisa muncul kepedulian nyata. Alumni bisa berperan sebagai mitra strategis pemerintah dan masyarakat, jadi katalisator pemerataan pembangunan di daerah,” jelasnya.
Diplomasi “Gelar Tikar” dan Strategi Kebijakan
Menghindari pendekatan kaku dan elitis, Agustin mempopulerkan pendekatan “diplomasi gelar tikar”, suatu metode musyawarah terbuka, informal, namun penuh makna. “Kita tidak harus duduk di DPR untuk memberikan kontribusi. Wisdom itu lahir dari diskusi hangat dan hati yang terbuka. Bukan hanya lewat debat-debat formal,” ungkapnya.
Dalam isu-isu strategis seperti digitalisasi, kecerdasan buatan, pertambangan, hingga pendidikan tinggi, alumni ITB menurutnya memiliki posisi penting sebagai sumber daya manusia berkualitas yang tersebar di berbagai sektor, baik pemerintahan, industri, maupun akademisi.
Kolaborasi dengan Alumni Kampus Lain dan Pemerintah
Agustin menegaskan pentingnya menjalin sinergi lintas kampus melalui wadah seperti Himpunan Alumni Perguruan Tinggi Negeri (HAPTN) yang pernah diinisiasi oleh IA-ITB sendiri pada era Ridwan Jamaludin.
“Masalah bangsa terlalu besar untuk diselesaikan sendiri. Kita butuh kolaborasi lintas kampus, lintas sektor, dan lintas generasi,” ujarnya. “Kami tidak berpolitik praktis, tapi kami ingin berkontribusi dalam ruang-ruang kebijakan strategis yang bermanfaat untuk masyarakat.”
Siap Bersaing Sehat dan Rangkul Semua Kandidat
Dalam kontestasi IA-ITB kali ini, Agustin menyambut baik kehadiran kandidat lain seperti Ateb (Fisika 2002) dan Ujang, dua sosok muda yang menurutnya menunjukkan semangat regenerasi dan inovasi khas ITB.
“Mereka anak-anak muda cerdas, pekerja keras, dan penuh terobosan. Siapa pun yang terpilih, ini bukan soal menang-kalah, karena kita satu keluarga besar. Tidak ada oposisi di IA-ITB,” tegasnya.
Jika diberikan mandat, Agustin berjanji untuk menyusun struktur kepengurusan yang representatif, melibatkan semua unsur alumni, dan menjadikan pengurus sebagai pendengar aktif, bukan sekadar pembuat kebijakan.
“Pengurus pusat harus mampu mendengar. Karena suara alumni datang dari banyak arah—dari daerah, dari industri, dari kampus, dari masyarakat,” pungkasnya.
Dengan membawa semangat kolaborasi, pemberdayaan, dan kearifan lokal, Agustin Peranginangin menegaskan kesiapan dirinya untuk memimpin IA-ITB 2025–2029 sebagai organisasi yang adaptif, inklusif, dan berdampak nyata bagi bangsa. “Gelar tikar” menjadi simbol pendekatannya—berdiskusi bersama, membangun bersama, dan bermanfaat bersama. (***)