
Aceh Tawarkan Proyek Strategis di Forum Bisnis India-Indonesia
Empat sektor prioritas di Aceh: agroindustri, pariwisata, energi & infrastruktur, serta kawasan ekonomi khusus (KEK).
Konstruksi Media — Pemerintah Aceh melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) terus memperkuat promosi investasi internasional dengan berpartisipasi dalam forum bisnis India–Indonesia yang digelar Millennial India International Chamber of Commerce, Industry and Agriculture (MIICCIA) di Hotel Grand Mercure, Medan, pada Jumat (25/7/2025). Delegasi Aceh diwakili oleh Junaidi, Penata Kelola Penanaman Modal Ahli Madya DPMPTSP Aceh.
Dalam forum yang mempertemukan pelaku usaha dari India dan sejumlah provinsi di Indonesia, Junaidi memaparkan potensi investasi di Aceh, terutama di empat sektor prioritas: agroindustri, pariwisata, energi & infrastruktur, serta kawasan ekonomi khusus (KEK).
“Aceh lebih dekat dari yang Anda kira,” ujar Junaidi membuka presentasi, merujuk pada jarak Pelabuhan Sabang yang hanya 100 kilometer dari Indira Point, Kepulauan Andaman dan Nikobar. “Ini bukan sekadar jarak geografis, tetapi juga jembatan sejarah dan budaya,” tambahnya.

Beberapa proyek strategis turut dipromosikan, antara lain pengembangan Lhoknga Golf Course & Resort seluas 57 hektare di Aceh Besar melalui skema Kerja Sama Pemerintah dan Swasta (KPS/PPP) dengan nilai investasi sekitar Rp117 miliar.
Aceh juga menawarkan peluang investasi di sektor wisata kesehatan melalui pengembangan Sabang One Stop Services Hospital, proyek rumah sakit dengan nilai lebih dari USD 20 juta yang dirancang sebagai pusat layanan medis dan wellness retreat di kawasan bebas pajak Sabang.
Baca juga: PMA di Aceh Capai USD10,3 Juta di Kuartal I/2025, Sektor Pertambangan Masih Unggul
Di sektor agroindustri, Aceh memperkenalkan potensi komoditas unggulan seperti kopi Arabika Gayo, minyak nilam (patchouli oil), kelapa sawit, dan kakao. DPMPTSP Aceh juga membuka peluang kolaborasi dengan BUMD PT Pembangunan Aceh (PEMA) dalam proyek pendirian pabrik minyak goreng berbasis CPO di Nagan Raya.
Sementara itu, KEK Arun Lhokseumawe juga dipromosikan sebagai kawasan industri strategis berbasis migas, petrokimia, dan logistik. Kawasan ini memiliki fasilitas eks-LNG, jaringan listrik, pelabuhan, dan akses langsung ke Jalan Tol Trans Sumatra. Adapun Sabang Free Trade Zone digarisbawahi sebagai kawasan bebas bea masuk dan PPN, potensial untuk sektor perikanan dan logistik.
Aceh turut menawarkan berbagai insentif fiskal, seperti tax holiday hingga 20 tahun untuk proyek bernilai lebih dari Rp30 triliun, serta tax allowance yang disesuaikan dengan skala dan jenis investasi.
“Kami tidak sekadar mencari investor, tetapi mitra untuk membangun masa depan bersama,” ujar Junaidi menutup paparannya, sembari mengundang para pelaku usaha India untuk melihat langsung potensi Aceh.
Acara ini turut dihadiri Konsul Jenderal India di Medan Ravi Shanker Goel serta sejumlah pimpinan perusahaan India seperti KP TradeLinx, Ottonomy Io Private Limited, dan RR Group. Forum ini merupakan bagian dari rangkaian kunjungan bisnis MIICCIA ke Jakarta dan Medan untuk memperkuat kemitraan dagang dan investasi antara India dan Indonesia. (***)