Renewable

Gunakan Pelet Sampah, Penjualan Listrik Meningkat Rp 2,1 miliar

Konstruksi Media – Kehadiran shelter pengolahan sampah sejak Desember 2020 di Desa Keliwumbu, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT) disebut menjadi solusi untuk menyediakan energi bersih pengganti minyak tanah warga.

Manager PLN UPK Flores, Lambok Renaldo Siregar mengatakan, tujuan awal PLN membangun pengolahan sampah di Desa Keliwumbu adalah untuk membantu mengelola sampah biomassa dengan mengolahnya menjadi pelet di tempat pengolahan sampah. Pelet tersebut nantinya akan dijadikan bahan bakar pengganti di PLTU Ropa.

“Namun ternyata dari hasil penelitian kami menemukan kalau pelet sampah yang kita hasilkan sangat bermanfaat untuk masyarakat. Karena masyarakat di sini masih memakai kayu bakar atau minyak tanah saja. Minyak tanah mahal, sedang asap kayu bakar berbahaya. Sehingga kami uji coba dan ternyata pelet itu bisa dipakai untuk memasak. Dan juga lebih bersih karena menggunakan teknologi gasifier,” ujarnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis (24/6/2021).

Lambok menuturkan, Pemerintah Kabupaten Ende mendukung upaya PLN untuk mencegah penebangan hutan untuk memenuhi kebutuhan memasak. Bersama Pemkab Ende, PLN menyederhanakan program co-firing untuk mendorong ketersediaan energi untuk rakyat.

“Jadi, secara tidak langung kita juga membantu pemerintah untuk menurunkan jumlah subsidi minyak tanah. Bupati Ende ambisinya agar pada tahun 2030 di NTT itu subsidi bahan bakar minyak tanah itu bisa turun 50 persen,” ungkapnya.

Dengan penggunaan pelet, kata Lambok, diharapkan bisa membantu meningkatkan kesejahteraan warga setempat. Jika daya beli masyarakat membaik tentu saja pertumbuhan penjualan listrik juga bisa terdongkrak.

“Kami sudah hitung selisih BPP (Biaya Pokok Produksi) dengan pemakaian pelet itu sekitar Rp 130 juta per tahun. Tetapi dengan tumbuhnya UMKM, pembuatan pelet, produksi kompor maka penjualan listrik PLN bisa meningkat mencapai  Rp 2,1 miliar,” katanya.

Sementara itu, Lambok menambahkan, ada hal unik yang ditemui saat PLN  membangun shelter pengolahan sampah di desa ini. “Di sini PLN tidak perlu mengeluarkan biaya yang terlalu besar. Ini lantaran program pengolahan sampah itu sejalan dengan kebutuhan warga di sini. kami di sini. Harga minyak tanah begitu mahal, ” jelasnya.

Selain itu, jelas Lambok, ada nilai budaya  atau kepercayaan masyarakat di kabupaten Ende ini tentang api. Api bagi warga Ende memiliki makna mandalam bahkan menjadi simbol kehidupan. Api  merupakan  sumber kekuatan yang mampu mengusir roh jahat. Tak hanya itu, api juga dipandang sebagai simbol kejayaan dan kerja keras (gotong royong).

“Bahkan api adalah simbol dari musyawarah untuk mufakat di mana api dapat memberikan kehangatan di tengah dinginnya suasana musyawarah. Sehingga mosalaki selaku pemimpin adat dapat menyelesaikan permasalahan sedang dihadapi masyarakat,” tuturnya.

Terkait dengan pengolahan sampah, Lambok melanjutkan, adanya budaya tentang ‘api’ yang berwarna merah inilah  yang menjadi ‘penyambung” komunikasi dan edukasi pengolahan sampah, Ende. Karena  bagi masyarakat Ende ‘api’ merupakan salah satu sumber kehidupan. Oleh karenanya pengolahan sampah, Ende mudah diterima oleh masyarakat.

Dalam pengembangan pengolahan sampah di Desa Keliwumbu ini, muncul  gagasan untuk membuka eduwisata. “Eduwisata merupakan suatu program gabungan antara edukasi dan wisata yang dikemas menjadi satu untuk menjual inovasi-inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat kurang mampu,” ujarnya.

Lambok menegaskan, para pengunjung bisa datang untuk melihat dan belajar langsung tentang proses pengolahan sampah. Tak hanya itu, peserta dapat  ke PLTU Ropa, melihat pembuatan kompor buatan SMK Negeri Ende, kunjungan ke  ACIL yang mengolah sampah kantong-kantong plastik kresek untuk dibuat menjadi sofa, batako, dan paving block. Selain pengunjung bisa menikmati alam, budaya, dan sejarah yang ada di Ende.

Eduwisata ini juga rencananya akan diluncurkan Jumat, 25 Juni 2021, ditandai dengan kunjungan batch pertama bersamaan dengan launching continuous firing run.

Teknis persiapan pengolahan sampah, sendiri sudah berlangsung satu tahun. Diharapkan  para wisatawan yang  berwisata ke Labuan Bajo, juga akan berkunjung ke Ende. Keunikan pengolahan sampah, di Kabupaten Ende merupakan kabupaten pertama di Indonesia yang melaksanakan program pengolahan sampah, secara lengkap.

Lambok menambahkan, sampah merupakan isu dunia dan belum ada satu teknologi yang benar-benar universal untuk membersihkan sampah secara menyeluruh. Selama satu tahun pengolahan sampah, mampu mensinergikan semua komponen daerah Ende untuk mengolah sampah menjadi produk kreatif dan menjadi energi kerakyatan.

“Pelaksanakan eduwisata yang dilaksanakan 4 hari ke depan dan hanya bisa dibatasi 15 peserta.  Tentu saja kami melaksanakan protokol kesehatan yang ketat. Kami terbuka untuk daerah yang ingin mereplika konsep ini silakan berkunjung ke Ende dan belajar langsung,” pungkasnya.***

Artikel Terkait

Leave a Reply

Back to top button