DPR RI Puji Langkah Cepat Telkom Pulihkan Jaringan di Papua
Konstruksi Media – Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Golkar Bobby Adhityo Rizaldi mengapresiasi langkah cepat untuk memulihkan jaringan telekomunikasi di Papua yang dilakukan Kominfo bersama dengan PT Telkom Indonesia Tbk (PT Telkom) .
Hal itu mengingat kini PT Telkom tengah melakukan perbaikan kabel serat optik Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Sulawesi Maluku Papua Cable System (SMPCS) ruas Biak-Jayapura.
“Kami harap Telkom bisa segera menyelesaikan dan memulihkan jaringan kabel laut di Papua, dan Kominfo bisa memberikan kebijakan-kebijakan untuk bisa memastikan jaringan internet dan Telekomunikasi beroperasi walaupun belum optimal,” ujar Bobby pada keterangan pers, Senin (14/6/2021).
- Komitmen WEGE pada ESG: Keberlanjutan dan Tata Kelola yang Kuat untuk Masa Depan
- Outlook 2025, Semen Merah Putih Inovasi Konstruksi Keberlanjutan
- WEGE Optimistis Capai Target 2024, Raih Kontrak Baru Rp 2,07 Triliun hingga Oktober 2024
Dengan kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan dan pegunungan, Bobby mengungkapkan, peran satelit telekomunikasi di frekuensi 3,5 GHz di Indonesia masih sangat strategis dan dibutuhkan masyarakat. Menurutnya, kini sudah saatnya pemerintah mulai memperhatikan keberadaan satelit telekomunikasi Indonesia.
“Tujuannya selain untuk menjangkau dan memberikan layanan telekomunikasi kepada masyarakat di seluruh wilayah Indonesia, adanya satelit telekomunikasi Indonesia yang handal juga diperlukan sebagai dukungan pada saat terjadi gangguan seperti yang dialami di Papua. Kita tidak bisa bergantung sepenuhnya kepada kabel optik,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, selama ini satelit telekomunikasi masih dijadikan tulang punggung jaringan telekomunikasi khususnya di daerah yang memiliki kondisi geografis yang menantang. Selain itu satelit telekomunikasi juga dijadikan back up ketika terjadi gangguan serat optik.
“Satelit telekomunikasi sampai kapanpun tak akan pernah tergantikan oleh jaringan serat optik. Satelit telekomunikasi dijadikan jaringan utama untuk melayani masyarakat yang berada di daerah yang sulit dijangkau jaringan serat optik dan microwave,” kata Heru.
Saat ini ada anggapan dari sebagian orang bahwa satelit telekomunikasi dengan frekuensi 3,5 GHz sudah tidak dibutuhkan lagi sehingga frekuensinya dapat digunakan untuk layanan 5G.Menurut Heru, pendapat tersebut tidak tepat.
Fungsi dan pemanfaatan satelit di Indonesia harus dilihat secara cermat.Justru satelit telekomunikasi memberikan kontribusi besar bagi masyarakat dan negara. Memang frekuensi 3,5 GHz sampai 4,2 GHz bisa dipergunakan untuk 5G.
“Namun, jika pemerintah ingin menggelar layanan 5G di Indonesia, sebetulnya lebih tepat menggunakan frekuensi 2,6 GHz,” ungkap Heru.
Diketahui, saat ini PT Telkom sudah menyiapkan backup link dengan kapasitas 4,7 Gbps. Dari jumlah tersebut 2.662 Mbps ditunjang dari pemanfaatan link satelit. Backup link sebesar 500 Mbps juga didapat dari radio long haul, dari Palapa Ring Timur sebesar 500 Mbps serta dari radio long haul Sarmi – Biak sebesar 1,6 Mbps. ***