Butuh Biaya Hingga Rp1.324 triliun, Alasan Pertamina Semangat Cari Lembaga Pendanaan
Kami rencanakan minimal 40 miliar dollar AS ini harus dari eksternal resources
Nicke Widyawati, Dirut Pertamina.
Konstruksi Media – PT Pertamina (Persero) terlihat semangat mencari lembaga pendanaan. Sebabnya, Pertamina membutuhkan modal hingga senilai 92 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.324 triliun (kurs Rp 14.400 per dollar AS) untuk menyelesaikan berbagai proyek sepanjang 2020-2024.
Hal ini diungkapkan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati saat rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR RI, kemarin.
Menurutnya, modal tersebut akan berasal dari internal maupun eksternal. Adapun pendanaan eksternal bisa bersumber dari kemitraan, pinjaman (loan), dan surat utang (bond) dari beragam lembaga pendanaan.
- Komitmen WEGE pada ESG: Keberlanjutan dan Tata Kelola yang Kuat untuk Masa Depan
- Outlook 2025, Semen Merah Putih Inovasi Konstruksi Keberlanjutan
- WEGE Optimistis Capai Target 2024, Raih Kontrak Baru Rp 2,07 Triliun hingga Oktober 2024
“Kami rencanakan minimal 40 miliar dollar AS ini harus dari eksternal resources, itu baik dari kemitraan, loan, ataupun bond. Ini semuanya ditangani di holding,” ujar Nicke Widyawati.
Dikatakan Nicke, target pendanaan selama lima tahun tersebut dikarenakan perusahaan telah melakukan perubahan organisasi secara besar-besaran dengan membentuk 6 sub holding dan merampingkan direktorat di holding. Sehingga dalam mengembangkan dan memperkuat bisnis kedepannya Pertamina butuh pendaan yang besar.
Sepanjang 2020-2024, Pertamina tengah menjalankan 14 proyek strategis nasional (PSN). Selain itu perusahaan pelat merah ini juga menggarap 300 proyek investasi lainnya di sektor hulu, hilir, dan energi bersih terbarukan.
“Kami menyadari dalam melakukan pengembangan bisnis ke depan ini memerlukan dana yang tidak kecil,” kata Nicke.
Sebelumnya, Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini mengatakan, dari total kebutuhan modal 92 miliar dollar AS itu, secara rinci untuk sektor upstream sebesar 64 miliar dollar AS, sektor downstream 20 miliar dollar AS, serta sektor gas dan power 8 miliar dollar AS.
Ia mengatakan, pihaknya sangat terbuka jika ada investor yang ingin bekerja sama dengan Pertamina untuk mendanai proyek-proyek energi yang sedang dikerjakan. Termasuk dari Indonesia Invesment Authority (INA) maupun PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero) atau SMI.
“Internal funding kami hanya mampu meng-cover 38 persen. Selebihnya 62 persen kami terbuka kerja sama, baik dari external funding maupun memanfaatkan fasilitas pendanaan yang ada dari INA atau SMI,” ujar Emma dalam webinar pada Kamis (4/3/2021) lalu. ***